Kamis, 15 September 2011

RANJANG YANG TERNODA 11 – ANISSA TERANIAYA Copyright(c) 2011 Pujangga Binal n Friend

abg
Posted on April 16, 2011

RANJANG YANG TERNODA 11 – ANISSA TERANIAYA Copyright(c) 2011 Pujangga Binal n Friends
Anissa diam dan menatap Yono dengan pandangan benci yang tak terkatakan.
“Ayo ngomong!” tampar Yono lagi. “Malah melotot!”
“Aku mohon..!” teriak Anissa.
“Mohon apa?”
“Aku mohon..,” Anissa berhenti sejenak, tangis dan rasa malu membuat lidahnya tercekat. “mohon perkosa aku.” Bisiknya tanpa daya.
“Nah, kalau kamu sendiri yang ngomong gitu kan jauh lebih sopan dan manis.” ejek Kribo yang ikut datang untuk menghina gadis itu. “Yang perlu kamu lakukan kan hanya tinggal meminta..” Kribo berpikir sejenak, “..bagaimana kalau sekarang kita coba dengar pintamu sekali lagi tapi lengkapi dengan kata memek dan anus.”
“Aku tidak mau… aku tidak..”
“Katakan.”
“Ak.. aku mohon…, ak… akku..” Anissa tergagap namun kemudian ia menghela nafas sangat panjang, air matanya menetes ketika ia mengucapkan kalimat yang tidak pernah ia duga akan keluar dari mulutnya sendiri. “Aku mohon… perkosa memek dan anusku…”
“Bagus sekali.” Kribo bertepuk tangan, “sekarang katakan kamu ingin nyepong ******.”
“Ak… aku ingin… nyepong kon… kont…” Anissa menggeleng, “aku tidak bisa mengatakannya…”
Kribo mendelik marah.
Anissa pun menganggukkan kepala sebagai permohonan ampun, “ja…jangan! ak… aku ingin… ingin…. nyep… nyepong kontol… aku ingin nyepong kont… kontol….”
Yono dan yang lain tertawa terbahak – bahak, “baiklah kalau itu maumu, lonte cantik.”
Sembari tersenyum licik, Yono membuka bibir Anissa dan mulai mencoba melesakkan kemaluannya ke dalam mulut yang masih menyisakan cairan mani Kribo. Sekali lagi Anis megap – megap mencoba bernafas, apalagi Yono menekan hidung sang dara sehingga mau tak mau Anissa harus membuka mulutnya lebar – lebar.
“Lonte cantik, sekarang giliranku merasakan mulutmu! Rasakan kontolku masuk ke kerongkonganmu, ke tenggorokanmu, kalau bisa akan kutembus sampai perutmu!! Akan kusemprotkan dalam – dalam pejuhku sampai kamu kenyang minum mani!” kata Yono kembali. Tanpa peduli sakit yang kini dirasakan Anissa, pria sadis itu duduk di atas kepala sang dara dan melesakkan penisnya ke dalam mulut yang terbuka. Dengan satu lenguhan panjang, Yono menjebloskan kemaluannya dalam – dalam. Ketika Anis mulai tersedak, Yono menarik keluar penisnya dengan menyisakan ujung gundul masih berada di mulut sang dara.
“Sedot, ayo sedot! Lonte sialan! Kenapa harus selalu disuruh?! Ayo sedot!!!”
Dengan air mata menetes deras, Anissa dengan patuh menghisap dan menjilat ujung gundul batang kejantanan Yono. Kribo datang membantu, ia menekuk kaki Anissa ke depan hingga lutut gadis itu hampir sampai di telinganya sendiri. Dengan tubuh yang ditekuk seperti itu, pantat dan memek Anissa mengundang sekali untuk diserang!
“Ayo! Lonte ini masih punya dua lubang lagi di belakang! Sumbat saja!” kata Kribo sambil menyunggingkan senyuman. Kalau kakak ipar Anissa yang cantik sudah menolak Pak Bejo mentah – mentah dan memilih bajingan kurus kering yang jadi supirnya itu untuk menghajar mereka tempo hari, kini dia akan lampiaskan semua kekesalan pada Anissa!
Usai Yono melampiaskan nafsunya pada Anissa, gadis itu bisa merasakan serangan datang silih berganti, tangan – tangan jahil merambah seluruh lekuk tubuhnya yang mulai bermandikan keringat. Ada tangan yang nakal mengelus paha mulusnya yang seputih pualam, ada jemari yang meremas pantatnya yang sekal dan ada telunjuk yang cekatan mengoyak bibir liang cintanya, semuanya hampir bersamaan! Buah dadanya yang sentosa jelas menjadi sasaran empuk, bergantian mereka menjilati, menggigit dan meremas – remas payudara Anis. Puting susunya dipilin dan ditarik – tarik membuat Anis meringis kesakitan sementara para pria buas yang mengitarinya justru tertawa terbahak – bahak. Sial bagi dara malang itu, rasa sakit yang mengitari putingnya justru membuat barang mungil itu menegak dan mengeras, menghunjuk ke atas. Wajah cantik Anis yang panik juga tak kalah parah, terus menerus diserang oleh tamparan kemaluan para penyerangnya.
“Pelacur!”
“Lonte!”
“Cewek murahan!”
“Sampah!”
Hinaan dari semua penjuru makin menyudutkan dan membuat Anis terhina sementara detik – detik pemerkosaannya kian cepat datang. Anissa sudah tak bisa lagi mengetahui siapa yang menyerang bagian tubuhnya yang mana, mereka berputar dan bergantian menyentuhnya. Salah seorang dari mereka meletakkan batang kemaluannya tepat di tengah lembah buah dada Anissa dan menggunakan balon payudara gadis itu untuk menekan penisnya, setelah dirasa ketat dan nyaman, orang itu mulai memperkosa payudara Anissa dengan bergerak maju mundur dengan cepat! Tak butuh waktu lama bagi orang itu untuk kemudian menyemprotkan cairan maninya ke dagu dan dada sang dara! Usai orgasme, ia meludahi dada Anissa dan turun dari atas tubuhnya.
Tangisan Anissa tak terbendung, entah sudah berapa lama ia menangis, mungkin bahkan hingga kering, tapi para preman itu tak juga berhenti melecehkannya. Hingga akhirnya ia mendengar teriakan Badu.
“Sudah waktunya *******!”
Preman itu melesakkan penisnya ke dalam memek Anissa perlahan, si cantik itu memejamkan mata ketika merasakan ujung gundul kemaluan Badu masuk hingga memenuhi liang cintanya. Anissa menarik nafas pendek satu dua karena mencoba bersiap dengan serangan Badu. Benar saja, dengan satu sodokan yang keras dan kejam, Badu menanamkan penisnya dalam – dalam! Anissa ingin menjerit kesakitan namun teriakannya terhenti karena ketika mulutnya membuka, satu penis berbau busuk menembus bibirnya!
Melihat Anissa tak berdaya dengan penis yang melesak di mulut, Badu mengulangi lagi sodokannya dengan lebih kencang lagi! Begitu kencangnya desakan penis Badu, sampai – sampai tubuh Anissa hampir melejit.
“Memekmu enak sekali!!” teriak Badu puas.
“Ayo, lonte…bibirmu seksi sekali, aku suka merasakan bibirmu…” orang yang sedang memperkosa mulut Anis, yang ternyata adalah Kemal mulai merem melek keenakan. Sama seperti Badu, ia juga bergerak maju mundur dengan cepat, menanamkan kemaluannya di dalam mulut Anissa. Saat gadis itu mulai tersedak, Kemal menarik penisnya dan tanpa disangka, ia telah mencapai puncak! Semprotan air mani meledak di mulut Anissa. Tembakan demi tembakan cairan kental memenuhi mulut, membasahi bibir dan menempel di lidah sang dara jelita itu.
“Ayo telan! Telan semua!” teriakan Kemal begitu nyaring rasanya di telinga Anissa. “Ayo, lonte sialan! Telan semuanya!”
Anissa hendak menelan, tapi kerongkongannya terasa begitu sakit sehingga ia terbatuk – batuk karena tersedak. Ketika gadis itu membuka mata, semprotan mani lain membasahi wajahnya! Entah siapa yang kali ini menyemprotkan air mani ke wajah Anissa karena gadis itu sudah kembali memejamkan matanya untuk mencegah semprotan itu masuk ke matanya. Kemal mengoleskan ujung gundulnya di pipi Anissa untuk membersihkannya dari air maninya sendiri. Para preman itu bersorak – sorak melihat wajah Anissa yang makin tak karuan belepotan cairan cinta.
“Begitu seharusnya wajah lonte!”
“Aku tidak mengira dia bisa menelan segitu banyak!”
“Lonte seperti dia pasti minta lagi! lanjut!”
“Lanjut!”
“Lanjuuuuttt!”
Dengan mulut megap – megap, Anissa berusaha bernafas. Rasanya susah sekali membuka mulut dengan cairan kental yang membanjir di mulutnya. Ia merasa seperti tenggelam dalam lautan air mani. Berulang kali gadis itu tersedak dan terbatuk – batuk. Setiap kali ia menelan atau mengeluarkan cairan itu melalui sela bibir, seperti masih ada sisa yang tertinggal hingga ia terus – menerus bisa merasakan cairan sperma dalam mulutnya. Satu garis panjang kental menetes dari bibir mungil Anissa, menetes melalui dagu turun hingga leher dan bagian atas dadanya. Ketika ia masih berusaha menata diri untuk bersiap, tiba – tiba Badu melenguh panjang penuh kenikmatan, preman yang masih memperkosa memeknya itu mengejang dan menarik keluar penisnya. Tak pelak lagi, satu semprotan hebat membanjir di buah dada dan perut sang dara!
Anissa sesunggukan dengan air mata yang kering, malam masih panjang. Orang – orang ini pasti belum akan berhenti…
“Sepertinya bagian yang ini sudah matang, ayo kita balik!” kata Kribo yang langsung disambut sorakan teman – temannya.
Mereka mengangkat tubuh Anissa dan berusaha membuatnya berdiri, namun karena tidak kuat dan kedua tangannya masih terikat isolasi, si cantik itu ambruk dan jatuh berlutut. Wewengko menarik kursi ke depan Anissa dan membungkukkan tubuh gadis itu ke depan hingga tubuhnya bersandar di kursi dengan kepala yang tergantung di ujung kursi dan pantatnya naik ke atas. Kini Kribo menarik kaki Anis dan mengikatnya di kursi, begitu juga dengan pinggangnya yang ramping.
“Pantat pelacur ini mulus sekali.” kata Jabrik yang langsung disambut sorakan teman – temannya, mereka memang tahu Jabrik sangat menyukai pantat mulus wanita cantik. “Kalian boleh menyoraki aku, tapi coba lihat lobang anusnya! Pasti sempit dan nikmat sekali!”
Jabrik menampar pipi bokong Anis dengan sekeras – kerasnya! Anissa pun menjerit sekuat tenaga! Ketika kepalanya tegak, ia bisa melihat sekeliling dan melihat wajah – wajah pemerkosanya sedang meringis puas melihat gadis itu ketakutan. Lebih ketakutan lagi karena kini penis dua orang yang berada di samping kepalanya kembali membesar dan mengeras. Dua orang itu adalah Wewengko dan Yono.
Keduanya tertawa terbahak – bahak melihat wajah Anissa yang memucat. Kembali penis – penis mereka ditamparkan ke pipi dan wajah Anissa yang walaupun sudah belepotan air mani namun masih terlihat sangat mempesona. Pipi, hidung, bibir, dahi, rambut, semua bagian wajah sang dara jelita terkena tamparan batang kejantanan. Anissa mulai menangis lagi walaupun kini tenggorokannya terasa kering, gadis itu tahu tinggal tunggu waktu saja sebelum salah satu batang kemaluan itu kembali masuk ke tenggorokannya.
Rambut Anissa yang panjang dan indah dijambak ke arah kiri, gadis itupun mengernyit kesakitan.
“Jilat kontolku.” Kata Yono dengan kasar.
Walaupun dengan tetesan airmata deras, Anissa menuruti permintaan Yono. Ia mengeluarkan lidahnya yang mungil dan dengan perlahan dan gugup menempelkannya di penis sang preman. Dengan gerakan lembut Anissa menggerakkan lidahnya naik turun menyusuri batang kejantanan Yono, membiarkan preman yang sebelumnya menyakitinya itu merasakan kenikmatan hingga merem melek dan menggelinjang. Anissa bahkan mengulum ujung gundul penis Yono, lalu melepaskannya hingga mengeluarkan suara letupan kecil yang membuat preman itu melenguh keras penuh kenikmatan.
Tak lama kemudian, giliran Wewengko yang menarik kepala Anissa. Kemaluannya yang keras, panjang dan hitam sudah menunggu. Pria itu tak lama – lama menunggu, begitu kepala Anis berbalik,penisnya langsung dilesakkan melalui bibir mungil sang dara. Untuk beberapa saat, Anissa memainkan penis Wewengko dalam mulutnya dan memberikan service yang sama seperti sebelumnya ia lakukan pada Yono. Gadis itu beranggapan, jika ia mau menuruti mereka, mudah – mudahan mereka tak menyakitinya dan ini semua cepat berakhir.
Sama seperti Yono, Wewengko pun akhirnya melenguh keras dan bahkan bisa mencapai puncak dengan cepat! Sekali lagi air mani disemprotkan ke wajah Anissa. Semua preman itu tertawa melihat wajah Anissa makin tak karuan. Tadi mereka mengocok penis masing – masing selama Anis mengulum penis Wewengko dan kini mereka siap menyemprotkan cairan sperma ke seluruh wajah sang dara. Tanpa ampun, cairan kental itu membanjiri wajah cantik Anissa, membuat gadis itu hanya bisa pasrah menerima dengan memejamkan mata.
Para preman itu tertawa lagi.
Kribo menowel dagu cantik Anis dan menatapnya tajam, “lihat aku baik – baik, lonte sialan.”
Anissa mencoba membuka matanya, namun karena ada leleran air mani yang lekat membasahi bagian matanya, ia hanya bisa mengejap beberapa kali sebelum menutup lagi matanya.
“Kamu sudah mulai mengerti apa yang harus kamu lakukan, betul?”
Anissa tak menjawab, bukan karena ia tak mau tapi karena ia sibuk menelan sisa mani dalam kerongkongannya. Dengan ketakutan gadis itu hanya bisa menganggukkan kepalanya saja.
Sayangnya Kribo tetap marah melihat dara itu terdiam, iapun menjambak dan menarik rambut Anissa. “Betul tidak? Jangan diam saja, dasar lonte!!!”
“Be..benar.” jawab Anissa sekuat daya.
“Dasar pelacur murahan…”
“Aku mau bokongnya,” kata Jabrik menyela Kribo, “kira – kira muat atau tidak ya?”
“Tentu saja muat.” Kribo terkekeh, “kamu bahkan bisa memasukkan lenganmu ke dalam sana kalau mau!”
“Cewek ini pantatnya mulus banget.”
“Bagaimana pelacur sialan? Kamu mau menikmati permainan baru kami?”
Anissa sudah berniat menggeleng namun karena ketakutan akan kembali disakiti, ia hanya bisa terdiam menggigil dengan wajah pucat pasi. Jabrik mengoleskan satu jarinya di bibir anus Anis yang mungil dan bersih, lalu perlahan menusuk ke dalam, menjajal sempitnya tempat itu. Anissa mengeluarkan satu erangan panjang karena sakit dan memejamkan matanya pedih.
Jabrik berujar gembira, “ini sempit banget!! Kontolku bakalan kegencet. Oh, tapi jangan takut, lonteku… kamu pasti akan terbiasa.”
Mendengar apa yang akan dilakukan Jabrik kepadanya membuat Anissa tak bisa lagi berdiam diri, ia meronta habis – habisan! Sayang ia tak bisa berbuat banyak karena terikat erat, bahkan kemudian Badu maju kembali dan menyodokkan penisnya ke dalam mulut sang dara, membuat gadis itu terkunci tak sanggup bergerak! Dengan mencengkeram pipi bokong Anissa dan menggerakkannya ke kanan dan kiri, Jabrik membuka akses ke anus gadis itu lebar – lebar. Ia sempat menampar pantat mulus dara itu sehingga berwarna merah, Anissa hanya bisa memejamkan mata dan menahan perih yang dirasa. Jabrik maju ke depan dan berbisik di telinga sang dara, “baiklah lonte sialan. Siap dientotin bokongnya?”
Jabrik meludahi jemarinya sendiri, lalu mengoleskannya di belahan pantat Anissa. Dengan penuh harap, ia meletakkan ujung gundul kemaluannya yang sudah menegang di lubang pembuangan Anis yang mungil dan bersih.
Jabrik mendorongnya masuk.
Anissa terbelalak lebar! Ia mengernyit kesakitan namun tak bisa berteriak karena mulutnya juga sedang diperkosa. Ia hanya bisa mengatupkan kedua kepalan tangannya erat – erat seakan hendak meremukkan sesuatu. Penis Jabrik yang memasuki wilayah sempit terangsang hebat dan kian lama kian membesar, sodokannya juga menguat dari saat ke saat, menguasai daerah jajahan baru, tempat yang seharusnya tidak boleh dimasuki oleh penis. Anis menangis hebat, rasanya sakit. Sakit sekali. Seakan lubang anusnya hendak dirobek dengan kasar.
Melihat gadis itu menderita, Jabrik malah tertawa. “Rasanya pasti enak sekali, ya sayang?”
Badu yang sedang menyumpal mulut Anis ikut menimpali, “pelacur yang doyan disodomi. Kamu pasti pelacur murahan yang sudah tidak laku lagi.”
Tanpa ancang – ancang, Jabrik melesakkan penisnya dalam – dalam, membuat Anissa kembali ingin menjerit. Seluruh urat gadis itu menegang dan wajahnya memerah.
“Bukankah kamu yang menginginkan ****** kami masuk di semua lubangmu, hei lonte?”
Jabrik masih terus menusuk dengan kasar. Lalu, di saat rasa sakit itu tak tertahankan, Anissa merasakan lubang anusnya mulai membuka dan penis milik Jabrik mulai bisa masuk dengan bebas. Suara menggelegak dan erangan menjadi satu – satunya protes yang bisa dilakukan sang dara jelita itu. ia tidak bisa berbuat apa – apa dengan mulut dipenuhi penis. Gadis itu bisa merasakan liang duburnya mulai menyesuaikan ukuran penis Jabrik dan mengatup mencengkeram penis preman itu. desahan nikmat Jabrik menjadi pertanda perasaannya benar, pria sadis itu tidak berhenti, ia menusuk semakin dalam.
Jabrik belum menusukkan seluruh penisnya ke dalam pantat sang dara, namun tiap kali ia menusuk, Anissa merasa pantatnya akan jebol. Duburnya memanas dan tubuhnya menegang, ia sangat kesakitan. Jabrik yang memaksa masuk membuat lubang anus Anissa terpaksa merenggang karena harus membuka jalan. Ini jauh lebih sakit daripada saat pertamakali Pak Bejo memperkosanya dulu. Yang kali ini seperti terasa ada batang pedang yang masuk tubuhnya untuk menjajah perut menembus hingga ke dada.
Tangisan Anis kian tak terbendung. Hentikan… hentikan… hentikan…
Menahan perih dan sakit seperti itu membuat mata Anissa berkunang – kunang, ia merasa pandangannya kabur, tubuhnya mulai melemah… dia tak tahan lagi… sepertinya dia… akan… pingsan… dia… akan…
PLAKK!! Tangan Badu menampar Anissa, untuk menyadarkannya. Gadis itu membelalakkan mata karena kini pipinya pun terasa panas dan perih. Tepat di saat Anissa sadar kembali, ia merasakan kantong kemaluan Jabrik sudah menampar pipi pantatnya! Penis pria itu sudah masuk semua ke duburnya!
“Auughhh… bokongnya sempit banget.” Ujar Jabrik sambil menggemeretakkan giginya dengan gemas, ia menggoyangkan pantatnya dengan penuh kenikmatan. “Aku sukaaa sekali bokongmuuuu, sayaaaang!!”
Kribo terbahak – bahak, “itulah pelajaran kedua, lonte sialan! Sodomi!”
Badu menarik penisnya yang sudah hampir orgasme dari mulut Anissa dan langsung menyemprotkan spermanya ke seluruh wajah si cantik itu. Hidung, bibir, kening, pipi, bahkan pelupuk mata, semua kena cairan lengket berwarna putih gading yang kental itu. Untungnya Anissa sudah tidak peduli lagi, karena begitu Badu menarik kemaluannya, Anissa langsung tersedak dan terbatuk – batuk, ia juga menggeram kesakitan karena Jabrik masih menggoyangkan penis di anusnya. Dengan kurang ajar, Badu membersihkan ujung gundul batang kejantanannya di rambut indah Anissa.
Kribo, Yono dan Wewengko memberi semangat pada Jabrik untuk terus menghajar dubur dara jelita yang malang itu.
“Kasih dia neraka, Brik! Hajar terus!”
“Mantap!”
“Lonte! Cuih!”
“Terus! Bikin dia pingsan!”
“Duburnya enak ya? Sempit ya? Habis ini aku juga mau!”
“Lonte sialan itu pasti suka!”
“Pantat putih montok kayak bakpao! Ditusuk – tusuk biar kempes!”
“Jangaaan…… jangaaaan! Saya mohon! Kasihani saya……! Saya salah apaa sama kalian? Jangaaan! Saya mau melakukan apa sajaa! Apa sajaaa! Asal jangan itu! Jangaaan…!” jerit tangis Anissa dengan putus asa.
Ketika Jabrik menarik mundur batang kejantanannya, Anissa menarik nafas lega, namun belum lagi setarikan nafas, Jabrik sudah melesakkan kembali dalam – dalam! Tubuh gadis itu seperti terlontar ke depan dengan penuh tenaga, kepalanya bahkan terlempar ke atas karena sodokan itu! Karena sudah mulai longgar, Jabrik kini bisa leluasa memaju mundurkan penisnya di dalam dengan cepat. Bagi preman itu, rasanya luar biasa enak. Bagi Anissa, ia seperti dihukum cambuk berulang – ulang. Gadis itu menjerit kesakitan tiap kali Jabrik menancapkan batang penisnya dalam – dalam.
Yono yang risih dengan jeritan Anissa mengambil posisi dan menyiapkan penisnya, begitu gadis itu menjerit dengan sigap Yono melesakkan penisnya ke dalam mulut sang dara! Sekali lagi Anis diserang atas belakang! Kini, tiap kali Jabrik mendorong ke depan, Yono yang merasakan nikmat luar biasa! Ia merem melek karenanya.
Di saat Anissa kembali tersedak dan kesakitan karena mulutnya diperkosa, para preman itu kembali tertawa terbahak – bahak dan bersemangat. Mereka seperti berlomba menyakiti gadis jelita itu! Jabrik yang bersemangat ikut meloncat – loncat dan menusuk semakin dalam dan semakin dalam!
“Hebat, Brik! Lontenya mulai suka kamu sodomi!”
“Sakit ya? Sakit ya? Syukurin!”
“Jabrik hebat!”
“Ini baru dua lubang, bagaimana kalau tiga lubang sekaligus?”
“Cepetan, Brik! Aku juga mau tuh pantatnya!”
“Memang dasar lonte murahan.”
“Dasar pelacur! Suka ya?” Diberikan semangat oleh teman – temannya, Jabrik menghajar dubur Anissa dengan satu sodokan sekuat tenaga, tubuh mungil Anissa bagai terlempar ke depan hingga hidungnya masuk ke rimbunnya rambut kemaluan Yono yang masih terus memaksa Anis mengulum penisnya. “Kamu suka kan, sayang? Kamu suka, kan?” tanya Jabrik lagi.
Dengan sekuat tenaga, Anissa mencoba berteriak ketika penis Yono sedang ditarik mundur.
“TIDAKKKhghhmmpp!!!”
“Tidak suka ya sudah, nikmati saja ini!” sekali lagi Jabrik menghajarkan penisnya dalam – dalam.
“Hauuughhhhhhkkkgghhh!!!! Jangaaannmmpphh!! Sakiiittttmmmpghhhhkk!!”
Yono geleng – geleng kepala melihat Anissa masih mencoba berteriak walaupun mulut gadis itu sudah dipenuhi batang kemaluannya. “Lonte! Cuih!” maki preman itu sambil meludahi kepala sang dara.
Jabrik menggoyangkan kemaluannya yang tertanam dalam – dalam dan ini membuat Anissa makin menderita karena liang itu kian merenggang. Tubuh gadis malang itu menggelinjang hebat karena tak tahan dengan penderitaan ini, melihatnya, bukannya simpati, Jabrik malah tersenyum sadis. “Kamu kesakitan ya? Kasihan banget, ya sudah aku tarik saja….” Batang kemaluan pria itu ditarik perlahan keluar, namun bukannya lega, Anissa malah semakin kesakitan ketika penis itu membuka jalan keluar. Jabrik menarik mundur semua batang kemaluannya kecuali ujung gundulnya. “Bagaimana? Sudah enakan?”
Anissa tahu apa yang akan dilakukan oleh Jabrik, ia menangis dan menggelengkan kepala.
Jabrik tertawa, “maaf sayang, aku tidak bisa mengeluarkannya sekarang, sempit sekali jalannya. aku coba maju saja ya?” dengan kekuatan penuh Jabrik mendesakkan kemaluannya ke dalam, lalu ditarik, lalu disodokkan lagi, ditarik, sodok lagi, tarik, sodok lagi, tarik, sodok lagi, lagi, lagi, lagi, lagi….
Tiap sodokan membuat Anissa menjerit dan menangis dalam penderitaan dan rasa malu. Tangisnya bisa terdengar dari sela – sela penis Yono yang masih menguasai mulut gadis itu. Mendengar tangis itu, Jabrik malah semakin cepat dan kencang melakukan sodokan. Anissa yang terikat di kursi hanya bisa melenguh dan mengembik penuh derita saat kedua orang preman sadis kini tengah memperkosanya habis – habisan.
Entah beruntung entah tidak, di mulutnya tiba – tiba saja membanjir cairan sperma kental. Lagi, lagi, terus, banjir itu terus datang hingga Anissa harus menelannya supaya bisa bernafas. Namun belum sempat Anissa bernafas lega, penis lain milik Wewengko datang menyerang mulutnya! Penis demi penis menjejal mulutnya tanpa henti, Anissa merasakan bibirnya mulai perih dan berasa seperti hendak robek karenanya. Wajahnya yang cantik kini makin kabur karena wajahnya basah oleh cairan mani kental yang menempel di sana – sini, di pipi, leher, kening, hidung, semua.
Begitu juga anus Anissa yang terasa panas dan perih berkelanjutan karena diperkosa oleh Jabrik. Preman itu masih juga terus menyakitinya tanpa henti, bahkan bukannya melunak malah semakin keras.
“Bokongnya sempit banget! Enak gila! Kayak ngentotin perawan!”
Sekali lagi dia menghunjamkan penisnya dalam – dalam lalu menariknya dan melesakkan lagi dengan cepat, menembakkan kantong kemaluannya seperti peluru hingga menampar bibir liang cinta Anissa, berulang – ulang kali sampai dia akhirnya hampir mencapai klimaks.
“Ambil itu, lonte sialan! Ambil semua kontolku! Hancur anusmu!”
Anissa mengembik menahan pedih, ia memejamkan mata sembari mengeluarkan lenguhan berulang di balik kuluman penis Wewengko, “Oh! Oh! Oh! Oh!”
“Terus aja, Bro! Dikenthu terus sampai pingsan!” teriak Yono memberi semangat.
“Hajar bokongnya, Bro!”
Sekali lagi Jabrik mengulang kekurangajarannya, ia menarik penisnya hingga ke ujung gundul dan dilesakkan dengan cepat dan kejam hingga sangat dalam. Ia memang berniat menyiksa dan menghancurkan dubur gadis tak bersalah itu.
“Aku akan membuatmu menyesal dilahirkan, sayang.” Erang Jabrik penuh nikmat. “Ooooh yaaa…” ia mengerang tiap kali penisnya masuk ke dalam. “Ambil semua kontolku, sayang. Ambil semua! Semua untuk kamu!”
Anissa kian lemah melawan, ia ingin ada yang memotong batang kejantanan Jabrik dan mengeluarkannya dari anus mungil gadis itu, tapi tentu saja itu mustahil. Jabrik bergerak sangat cepat dan kencang merusak anusnya seperti orang gila yang kesetanan.
“Ooooh, ini dia datang, sayang….!” teriak Jabrik menuju puncak kenikmatan. “Ini dia datang!!”
Dengan satu sodokan kencang, Jabrik menanamkan batang kejantanannya dalam – dalam di dubur Anissa. Cairan kental meluncur deras dari ujung gundul kemaluan Jabrik memenuhi lorong belakang sang dara cantik. Batang kemaluan Jabrik berdenyut beberapa lama ketika semprotan itu mengalir deras dan membanjiri liang dalam Anissa, lalu beberapa saat kemudian berhenti. Akhirnya, setelah beberapa saat yang menyiksa, penis itu mengecil lemas dan dikeluarkan dari pantat Anis. Saat penis itu keluar, leleran cairan cinta menetes dari anus hingga ke bibir kemaluannya.
Anissa berharap pemerkosaannya yang brutal oleh kawanan preman ini selesai. Tapi asa itu pudar ketika sekali lagi ia merasakan pantatnya dielus seseorang dan penis lain perlahan mulai memasuki anusnya. Cairan cinta yang sedari tadi disemprotkan Jabrik ke dalam liang belakang membuat penis yang ini masuk lebih mudah, orang ini bisa melesakkan penisnya dalam – dalam hingga kantong kemaluannya mentok menampar pipi pantat Anissa. Ia menyodominya untuk beberapa menit, menariknya dan melesakkannya dalam – dalam ke liang cinta sang dara. Preman ini rupanya tidak puas hanya dengan satu lubang saja. Anissa tetap memejamkan mata karena tak ingin melihat siapa pemerkosanya kali ini, tapi penisnya begitu kencang dan keras menghajar memeknya, berulang – ulang kali dia menggauli Anissa hingga akhirnya ia mencapai klimaks dan cairan cintanya disemprotkan ke dalam vagina si cantik itu.
Wewengko menggoyang kepala Anissa ke depan dan belakang dengan sangat kasar, rambut panjang dan halus milik si cantik itu bagai terbang memutar seperti baling – baling. Dara itu bisa merasakan air mani yang menetes dari mulutnya dan jatuh ke perut, tapi ia hanya bisa meneguk sedikit ke dalam mulut dan kerongkongannya.
“Mulai sekarang kamu tak lebih dari seorang pelacur hina yang harus menyediakan mulut, memek dan bokong untuk semua laki – laki yang menginginkanmu eh!” ujar Wewengko. “Kamu pikir kamu ini gadis suci yang masih perawan eh? Pikir lagi baik – baik! Semua kehormatanmu sudah kami renggut!”
Anissa tidak menjawab karena ia sekali lagi tersedak. Bibirnya tepat berada di ujung terdalam kejantanan pria itu tapi ia tahu kalau ucapan preman itu tepat sekali, dia sudah bukan lagi gadis perawan yang masih suci, dia sudah kotor dan menjijikkan. Saat tersedak, kerongkongan Anis bergejolak dan tubuhnya menggelinjang, hal itu justru membuat sang preman yang sedang memperkosa mulutnya menjadi semakin terangsang dan akhirnya melepaskan cairan lengket ke dalam tenggorokan dara jelita itu.
Saat penis preman itu ditarik, Anis berusaha menarik nafas dalam – dalam. Pria itu hanya tertawa, “Luar biasa, cewek satu ini memang jago kalau disuruh nyepong ******.” Cengirnya, “lain kali kita harus mengundang lebih banyak orang lagi.” preman itu dengan kurang ajar membersihkan penisnya yang masih belepotan air mani menggunakan rambut halus Anis yang kini acak – acakan.
Selesaikah mereka? Tidak. Tubuh si cantik itu kembali ditarik, satu penis masuk ke mulut dan satu ke dalam memeknya, dengan brutal mereka memperlakukan tubuh Anis seperti boneka tak bernyawa. Yang memperkosa mulutnya tanpa ampun mendorong pinggulnya hingga kantong kemaluannya bisa menampar – nampar dagu Anissa. Gadis itu sudah tak mampu lagi merasakan dan memahami bagaimana, kapan dan apa yang terjadi. Yang bisa ia rasakan hanyalah penis yang keras, besar dan panjang yang dilesakkan ke dalam semua lubang di tubuhnya. Anis menggeram sebentar ketika satu batang kemaluan ditarik dari pantatnya dan digantikan penis lain, tetesan mani menetes hingga membasahi pahanya yang mulus. Lututnya terluka karena tergesek – gesek karpet yang dibentangkan di bawah kursi saat tubuhnya dipaksa membungkuk sembari terikat di atas kursi ketika ia berulangkali diperkosa.
Badu mengeluarkan sebuah spidol boardmarker warna merah yang biasa digunakan untuk menulis di papan tulis dari kantongnya. Saat itu Anissa masih diperkosa oleh Kemal yang merem melek saat merasakan kontolnya dipijat oleh liang cinta sang dara. Di pipi pantat kiri Badu menulis kata ‘PELACUR’ dengan spidolnya, sementara di pipi pantat kanan ia menulis kata ‘LONTE’, di tengah kedua kata itu, sembari membubuhkan tanda panah ke bawah menuju bibir anus Anissa, ia menulis ‘SILAHKAN MASUK’. Kemal tertawa terbahak – bahak karenanya dan gagal mencapai klimaks, dengan bercanda Ia memaki Badu yang membuatnya kehilangan konsentrasi.
Rasanya seperti tiada akhir, semuanya berlangsung terus dan terus. Penis berwarna hitam berulangkali berpindah dan bergantian, mengisi mulutnya sampai ia tersedak, membanjirinya dengan air mani di kerongkongan dan wajahnya. Vaginanya sudah bukan barang rahasia lagi karena semua preman di sana telah membanjirinya dengan sperma mereka, jika sampai Anissa hamil, ia tidak akan tahu siapa ayah anaknya karena semua orang ini telah memperkosanya tanpa ampun. Pantatnya yang molek telah diacak – acak dan anusnya begitu perih karena berulangkali disodomi. Dara itu kini seperti orang lumpuh, tak bisa bergerak dan hanya mampu terkulai pasrah, satu – satunya protes yang kini ia lakukan hanyalah menggeram dan mengerang, tangisnya tak berhenti mengalir sampai kering, ia kini hanyalah boneka mainan yang jadi sumber pelampiasan kebejatan para preman. Bagi mereka, Ia boneka yang hanya pantas diperkosa. Mereka tidak peduli ketika ia tersedak dengan mulut masih mengulum ****** ketika penis lain mendesak memeknya. Mereka tidak peduli ketika mereka bersamaan membanjiri lubang – lubangnya dengan pejuh deras. Mereka adalah binatang buas dan gadis itu tak lebih dari seonggok daging. Parahnya lagi, mereka sering memaksa Anissa membuka mulut untuk mengatakan bahwa ia menikmati perkosaan ini.
“Lonte satu ini suka digangbang! Lihat nih, airnya keluar terus! Kamu memang pelacur murahan! Lonte pinggir jalan! Kamu suka disodomi! Kamu suka ngemuk ******! Kamu nggak bisa hidup tanpa ada ****** di memek! Ayo bilang kamu suka ******! Ayo bilang!”
“A… aku suka kontol…” desah Anissa lemah. “Aku pelacur… aku lonte… aku suka disodomi… ngemut… kontol… memek… aku…”
“Kamu mau kontolku kan? Ayo bilang kamu suka kontolku!”
“A… aku suka kontolmu… aku mau… aku mohon…”
Pemerkosaan bergilir dan berantai ini telah menghancurkan kemurnian pikiran dan tubuh Anissa yang indah dengan rasa sakit dan penghinaan. Bertubi – tubi dan bergantian penis demi penis menjajah tubuhnya, menusuk, mendera dan menyakitnya. Satu selesai, diganti yang lain, lalu yang lain lagi, kemudian yang lain lagi, dan lagi, dan lagi, dan lagi… tanpa henti.
Ketika Anissa kembali terikat di kursi, Wewengko mengincar pantat Anissa, ia mengelus bokong mulus si cantik itu dengan perlahan – lahan, merasakan kemulusan pantat yang bulat indah dan putih bersih, walaupun saat ini sudah belepotan cairan sperma dimana – mana.
“Pelacur.” Ia memandang Anis dengan jijik, “coba katakan pada kami eh, seberapa ingin pantatmu disodomi?”
Dengan berani pria berkulit gelap itu mencelupkan jemarinya ke mulut sendiri, membasahinya, lalu mengelus bibir anus Anis, membukanya dengan perlahan dan tanpa memberitahu, langsung memasukkan kemaluannya yang keras seperti kayu ke dalam anus Anissa hanya dengan satu sodokan! Anissa melolong kesakitan dan menjerit – jerit.
“Bagaimana? Kamu bilang apa?” tanya Wewengko lagi.
Anissa sudah sangat lemah dan pasrah saat ini, dia tidak bisa berbuat banyak dan tidak ingin melawan kecuali menuruti apa yang mereka inginkan. “aku…aku.. mau disodomi.. aku mau dientoti bokongnya.. pantatku…tolong entoti pantatku.. aku akan melakukan apa saja…” kata gadis itu dengan sesunggukan menahan rasa sakit dan perih yang luar biasa di liang belakangnya, air matanya tak pernah kering mengalir.
“Teman – teman sudah dengar semua?” tanya Wewengko sambil menengok – nengok ke belakang, “pelacur baru ini mau dientotin bokongnya. Bagaimana kalau kita wujudkan saja keinginannya eh?”
Karena tadi sudah digunakan dan masih basah, Wewengko bisa menyodomi Anissa dengan mudah. Gerakannya ringan dan cepat, membuat tubuh Anissa bergoyang – goyang tak berhenti.
“Ada yang mau ikut? Masih ada lubang kosong.” Tanya Wewengko pada teman – temannya yang langsung disambut tawa. Posisi Anis yang disetubuhi secara vertikal memang membuat bagian depannya terekspos. Liang cintanya mengundang birahi preman lain.
Jabrik yang tadi menghancurkan anus Anissa yang akhirnya maju ke depan, ia menarik tangan Anis agar berpelukan padanya sementara tangannya sibuk menempatkan ujung gundul kemaluannya di liang kewanitaan sang dara. Tak butuh waktu lama bagi Jabrik untuk bisa melesakkan penisnya dalam memek Anissa. Tanpa ampun, tanpa malu, keduanya menghukum vagina dan dubur Anissa bersamaan! Gadis itu hanya bisa meringis menahan perasaan tak tergambarkan yang kini dialaminya, dua penis memasuki dan menjajah tubuhnya! Keringat deras membasahi tubuhnya yang telanjang bulat.
“Kau menyukainya kan? Suka kan? Suka dientoti bersamaan gini?” Wewengko menampar pantat Anissa.
Anissa menggeram sembari memejamkan mata dan menggemeretakkan gigi menahan sakit, “I..iyaaa.. aahhhhh!! Iyaaa!! IYAAAAAA!!”
Gadis cantik yang sedang menjadi bulan – bulanan itu tak bisa berbuat apa – apa selain membiarkan dubur dan vaginanya diperkosa oleh kawanan preman anak buah Pak Bejo, dia hanya bisa merengek minta ampun saat dua penis bergerak bersamaan memperkosanya. Setelah beberapa menit berselang, penis ketiga muncul di depan wajahnya!
“Aku mau disepong.” Kata Kemal. “Kamu suka nyepong ****** kan?” Ketika Anissa terdiam, Kemal menjadi naik pitam. “Jawab, lonte sialan!! Kamu suka nyepong konyol atau tidak? Jawab!!”
“Su…..suka,” kata Anissa pelan, kalimatnya bergetar karena ia merasa sangat terhina.
“Coba katakan begini : ya, saya lonte yang suka nyepong ******.”
Anis meneguk ludah, “ya…… saya…… lonte yang su..suka nyepong konyol.” Tubuh Anis bergetar dan terasa menciut saat kawanan preman itu tertawa mendengar kata – katanya.
Kemal menjebloskan penisnya ke mulut Anissa dengan kantong kemaluan menggantung di dagu sang dara. Kemal di mulut, Wewengko di dubur dan Jabrik di vagina! Kribo bertepuk tangan melihat ketiga liang yang ada di tubuh Anissa dimasuki bersamaan! “Ini yang namanya asyik!” teriaknya puas melihat tontonan hebat, seorang gadis cantik jelita bertubuh indah dan seksi tengah diperkosa oleh tiga preman berwajah buruk rupa secara bersamaan!
Perkosaan tiga arah ini berlangsung cukup lama, membuat Anissa tersiksa melebihi apa yang ia rasakan sebelumnya. Tubuhnya yang sudah lemah tergantung tak berdaya seperti boneka yang mudah diombang – ambingkan oleh tiga pria buas yang memperkosanya tanpa ampun. ketika penis Kemal ditarik dari mulut, ia sempat menamparkan batang kemaluan itu di pipi Anis. Entah batang kemaluannya yang keras atau Anissa yang sudah sangat lemah, tamparan itu bisa membuat kepala Anissa bergeleng dari kanan ke kiri.
Preman yang sedang menamparkan kejantanannya ke wajah si cantik itu meraung, dari ujung gundul kemaluannya ia menyemprotkan mani ke seluruh wajah dan mulut Anis yang masih megap – megap mencari nafas. Semburan demi semburan dituangkan ke wajah cantik gadis itu, sebelum akhirnya iapun luruh dan terengah – engah di pundak sang dara karena puas dan kelelahan.
“Aku nyerah deh, kalian lanjut.” Kata Kemal pada dua temannya yang masih asyik memasukkan penis ke dalam bokong dan memek sang dara.
Tapi kedua teman Kribo itu juga tak mampu lagi bertahan lama, setelah beberapa menit memperkosa Anissa dengan brutal, mereka akhirnya mendaki kenikmatan menuju puncak, hampir bersamaan! Tak main – main, semprotan pejuh mereka tanamkan dalam – dalam di anus dan rahim Anissa. Gadis itu sudah tak tahu lagi berapa banyak air mani yang sudah masuk ke dalam rahimnya.
Anus Anissa terasa panas karena terus menerus dimasuki kemaluan secara bergantian, mereka tidak peduli kotor atau jijik, yang penting bisa menghajar seluruh lubang gadis cantik itu! Anissa terguncang – guncang dan hanya bisa mengembik kesakitan ketika kembali bokongnya menjadi sasaran. Suara yang keluar dari bibir mungil sang dara sangat beragam, mulai dari melenguh lirih hingga menjerit tertahan.
“Ayo bilang kamu ingin disodomi lagi, lonte sialan!” kata Badu penuh harap.
“A… aku mau disodomi lagi…”
“Mana mohonnya?”
“Mo…mohon saya di..disodomi lagi…”
“Nah begitu.”
Kembali Anissa menjerit – jerit saat anusnya diperkosa untuk kesekian kalinya.
Mereka semua memperkosanya, menggunakannya, membuatnya tersiksa. Semua lubang yang ada di tubuhnya. Semuanya digunakan tanpa terkecuali, tanpa henti, tanpa ampun. Anissa tahu semua lelaki yang ada di ruangan itu sangat menyukai tubuhnya dan gilanya mereka memiliki cara yang berbeda – beda memperlakukannya. Mereka begitu ingin mempermalukan seorang gadis baik – baik yang datang dari keluarga berada yang tidak mungkin mereka dapatkan dengan cara biasa. Mereka memperkosa dan menghancurkan rasa percaya dirinya, menghancurkan semangat dan mentalnya. Tanpa rasa kasihan mereka menyodominya dengan begitu menyakitkan, membuat mengulum penis mereka dan menyemburkan mani dalam kerongkongannya. Sadis, brutal, merendahkan. Mereka menganggap Anis seperti sampah, seperti pelacur yang bisa digunakan semua lubangnya, seperti pelacur yang mau digangbang oleh pria berkasta rendah, seperti pelacur murahan yang hanya perlu dibayar semurah – murahnya.
Waktu terus berjalan, terus menyayat hati dan nurani Anissa. Tubuhnya yang kelelahan banjir oleh keringat dan cairan cinta yang meleleh dari semua lubangnya. Wajahnya penuh lelehan air mani, rambutnya basah oleh air mani, buah dadanya, selangkangannya, pahanya, kakinya, semua. Ia terus menerus digangbang, depan belakang, atas bawah, mereka silih berganti menggunakan tubuhnya. Ia tidak tahu bagaimana mereka bisa terus menerus mengeluarkan mani dan semangat untuk memperkosanya, ia sudah begitu lemas, lemah dan tak berdaya.
Tapi mereka terus saja memperkosanya dan memompa air mani ke seluruh tubuhnya, seakan tanpa henti. Tanpa sepengetahuan Anis, mereka semua telah minum obat kuat dan pemacu daya tahan tubuh sehingga mampu berbuat seperti ini.
Hingga suatu ketika, Kribo adalah yang terakhir memperkosa memek Anissa. Kali ini ia sudah tidak bisa lagi mengeluarkan cairan cinta, bahkan penisnya sudah sangat terasa panas. Kawan – kawan lain mentertawakan Kribo yang sudah lemas.
“Payah! Begitu saja letoy!”
“Apa itu? sudah selesai? Begitu saja?”
Kribo mengayunkan tangan sambil bercanda dan terkekeh. “Aku sudah lelah. Kalian teruskan saja, aku mau ke tempat bos dulu.”
“Payah!”
Kribo kembali terkekeh, ia mengambil celana dan mengenakannya. Preman itu beristirahat sejenak, menenggak bir yang ada di meja dan meninggalkan kawan – kawannya yang masih lanjut mengerumuni Anissa. Preman itu melangkah keluar gudang menuju ruang tengah yang ada di rumah samping. Di sana, duduk di sofa yang ada di tengah ruangan sambil menonton sinetron sambil mengocok penisnya, adalah bandot tua pemimpin kelompok preman itu, Pak Bejo Suharso.
###
Powered By WizardRSS.com | Full Text Feeds | Amazon PluginsHud-1


Incoming search terms:

» Filed Under liputan panas, liputan seru

Comments

Leave a Reply








Tidak ada komentar:

Posting Komentar