Rabu, 14 September 2011

Cerita Dewasa Ngentot di Ranjang


Rahasia suami perkasa di ranjang sama istri – Sejak lama Aku berkeinginan bercinta dengan perempuan setengah baya bersuami alias tante2 isteri orang. Keinginan itu menjadi-jadi beberapa bulan belakangan ini. Pernah sih beberapa kali kenalan dengan istri orang, tapi beda usia hanya terpaut 2 atau 3 tahun. Selama ini partner aku bercinta lebih muda atau seumuran dengan aku.
Tanpa sengaja beberapa bulan lalu aku menemukan situs ini. Ketika aku berseluncur lebih dalam aku menemukan banyak hal yang bisa membuat beberapa keinginanku dalam seks bakal terwujud. Salah duanya adalah keinginan bercinta dengan tante2 isteri orang dan 3some dengan couple dewasa. Setelah sekitar 2 bulan berseluncur akhirnya aku cari info tentang tante di forum yogyakarta. Tx beberapa bro yang udah kasih tanggapan dan info. Berdasarkan info tersebut aku coba observasi lapangan sesuai informasi yang ada. Hmmmm aku fikir terlalu terbuka dan aku belum punya keberanian nyampirin ibu2 disana, takut salah hehehe maklum belum berpengalaman.
Hingga saat yang gak disengaja. Aku diajak teman nemenin dia ngegym di hotel di daerah demangan. Saat temanku ngegym aku ke sekitar kolam renang, ya pastilah aku pake celana renang. Disinilah aku berkenalan dengan seorang ibu yang aku terka umurnya sekitar 35-40an. Dari obrolan dengannya aku tau dia bernama Dina. Saat itu Ibu Dina sedang nemenin 2 anaknya latihan renang. Awalnya aku gak mikir bahwa Ibu Dina bisa diajak lebih dalam lagi. Tapi lama-lama aku perhatikan, sering kali tatapan mata Ibu Dina mencuri2 lihat ke selangkanganku. Maklumlah, bagian depan celana renangku begitu menonjolnya. Dari situ aku banting stir pemikiranku. Kenapa gak aku coba pendekatan aja?
Pembicaraan tambah akrab saja. Dan aku mulai merubah panggilan ibu dengan panggilan Tante. Gak ada protes sama sekali dari dia. Gotcha! Selain itu Tante Dina juga sudah gak sungkan2 meletakkan tatapan matanya di bagian k****lku, terus terang itu membuat k****lku mulai membangun bentuknya, walau gak ereksi total, cukuplah membuat kulit wajah Tante Dina memerah dan nafasnya mulai terdengar berat. Kelihatan sekali Tante Dina bupeng berat heheheheh. Gotcha!
Dan dengan lugas aku tanya ke Tante Dina,”Tante suka dengan yang Tante lihat?”…..dia cukup gelagapan menerima pertanyaan seperti ini. Ufhhhh asik banget mengalami moment ini, suer! Sangat terasa andrenalin berpacu kencang.
Kita ngobrol ngalor ngidul sekitar 1 ½ jam. Selama pembicaraan itu matanya bolak balik mampir di k****lku. Di 15 menit terakhir obrolan itu sesekali aku menyentuh dan membelai k****lku dari luar celana renangku. Setiap kali aku menyentuh k****lku, aku lihat Tante Dina menarik nafas dan terdengar sangat berat. Uffhhhh….Gotcha!
Akhirnya kita berpisah karena ke2 anaknya sudah terlihat selesai berlatih renang. Diakhir pertemuan kita barter nocan. Beberapa menit setelah Tante Dina meninggalkan lokasi tiba2 terlintas fikiran nakalku untuk mengirim MMS pict k****lku ke nomor Tante Dina, tapi aku ragu gimana kalau kebaca orang lain? Akhirnya aku sms dengan pesan “Udah sampe mana? Mau lihat barang dalam bungkusan tadi?”. Dan beberapa detik kemudian Tante Dina menjawab “Ih kamu nakal banget”. Cuma ini balesannya. Akhirnya aku urungkan mengirim MMS pict k****lku. Aku berfikir mendingan nunggu kabar aja dari si Tante. Dan ternyata keputusanku itu membuahkan hasil. Sekitar jam 6 sorenya Tante Dina sms aku ngajak ketemu untuk makan malam bareng. Gotcha!
Tante Dina, Aku ambil alih tugas suaminya di ranjang : Pertemuan kedua (just kissingJ).
Sekitar jam 19.00 aku terima sms dari Tante Dina. Langsung aja aku meluncur dengan motorku ke arah gejayan, menuju sebuah rumah makan disana. Kusumanegara – gejayan kutempuh dalam 15 menit. Meja pilihan Tante Dina terletak cukup jauh dari keramaian, cukup privacy. Suasananya remang – remang. Ada 4 kursi di meja itu. Aku duduk disamping kanan Tante Dina. Hmmmm dengan blouse belahan dada rendah Dia tampak seksi….yummyy.
5 menit pertama kami berbasa basi menanyakan kabar. Gak berapa lama 2 orang pelayan menghidangkan makanan yang sudah dipesan Tante Dina tadi. Kami melanjutkan obrolan sambil menyantap hidangan. Asik, lebih akrab dan sangat gak kaku. Setelah selesai makan, Tante Dina meminta pelayan untuk mengclear up meja. Obrolan kami lanjutkan. Aku geser kursiku lebih mepet dengan kursi Tante Dina. Kami ngobrol ngalor ngidul lagi. Dari sini aku tahu bahwa Tante Dina adalah isteri seorang dosen sebuah PTS besar. Tante Dina menjalankan usaha pribadi yang mengijinkan Dia memiliki waktu fleksibel. Dari obrolan ini aku menebak umurnya sekitar 38-40th. Tante Dina menikah 2 tahun setelah lulus kuliah dan saat ini memiliki 3 orang anak, yang terbesar berusia 13 tahun.
Suasana makin kondusif. Aku letakkan tangan kiriku di pahanya. Tante Dina gak kelihatan keberatan. Sambil ngobrol aku memberikan elusan halus di pahanya. Kondisi tempat itu cukup gelap dan jauh dari orang lain, saat itu sedikit orang yang makan disitu. Aku tandai nafas Tante Dina mulai berat. Aku tarik tangan kanannya dan aku letakkan diatas paha kiriku. “Ih kamu nakal.” Hanya itu komentar Tante Dina. Tangannya tetap di pahaku. Beberapa menit kemudian aku merasakan tangan Tante Dina mengelusi paha kiriku…ufh k****lku langsung membangun bentuknya, ngaceng total. Anjrit. Proses k****lku membangun bentuknya ini bisa aku rasakan. Nikmat banget. Suer! Nikmat banget. Apalagi sekarang elusan tangan Tante Dina semakin mengarah ke atas, ke k****lku. Fikiran nakalku muncul.
Tangan kananku beraksi, menangkap tangan kanan Tante Dina. Aku dekatkan wajahku ke wajah Tante Dina hingga berjarak sekitar 1 jengkal. Tampak keterkejutan di wajahnya. Prek. Tante Dina juga pasti suka kok. Pelan – pelan tangan kanan Tante Dina aku letakkan di permukaan celanaku pas diatas k****lku. Ekspresi wajahnya tampak berubah, sangat terkejut. Sekali lagi prek. Tante Dina pasti mengingingkan ini. Sudah pasti Tante Dina bisa merasakan k****lku yang ngaceng. Nafasnya tiba – tiba berat. Gotcha! Gak tahu darimana kenekatanku muncul. Secara tiba-tiba aku memajukan wajahku ke wajah Tante Dina. Bibirku menyergap bibirnya. Aku rasakan nafas Tante Dina tertahan beberapa detik. Aku diam, menunggu reaksi dari Tante Dina.
Aku rasakan kepala Tante Dina bergerak mundur. NO way! Tangan kiriku langsung menahan kepalanya, bibirku langsung melumat bibirnya. Aku bisa mendengar lenguhan Tante Dina disela2 aksiku menerobos kedalaman mulut Tante Dina dengan lidahku. Beberapa detik kemudian aku rasakan lidah Tante Dina membalas lilitan lidahku. Bukan itu aja, tangan kanan Tante Dina ikut beraksi, meremas k****lku dengan kencang. Gotcha! Nafas Tante Dina memburu.
Aku lepaskan ciumaku. Dalam jarak satu jengkal aku bisa menandai Tante Dina sedang dilanda birahi tinggi, mupeng banget! Hahahaha. Gotcha!
” Kenapa, Tan?”bisikku sambil mencium telinga Tante Dina.
“Eeeegghhh….gede banget..hhhhhh.” aku tahu apa yang dimaksud Tante Dina dengan kata gede, ufh…bikin andrenalinku berpacu makin kencang.
“Apanya yang gede Tan?” Aku berbisik, kini lidahku beraksi memberikan jilatan disepanjang lingkar telinga Tante Dina.
“Oouughhh k****l kamu, gede k****l kamu, Tok.” Nafas Tante Dina terdengar seperti nafas kuda, sambil terus meremas-remas k****lku. Gila! Aku senang banget mendapati kenyataan ini. Gotcha!
Tiba2 dari arah jalan masuk ke area itu ada 3 orang datang. Reflek kami berdua menjaga jarak. Fuih. Deg degan hehehehe. 3 orang itu mengambil meja agak jauh dari meja kami dan terhalang pepohonan yang agak rimbun. Aku dan Tante Dina saling berpandangan dan ketawa karena saling melihat ekspresi wajah Kami saat itu.
“Kamu sih, bikin gara-gara aja.” Kata Tante Dina sambil mencubit pahaku.
“Tante suka kan?” Kataku menggodai,”Tante suka kan dengan yang Tante pegang tadi?”
Gak ada satu katapun yang keluar dari mulut Tante Dina, tiba-tiba tangan kanan Tante Dina kembali ke pangkuanku dan langsung meremas – remas k****lku yang masih ngaceng.
“Eeeeghh…kok bisa gede gini sih, Tok?” gigi Tante dina bergemeletuk karena gemes.
“Ouh, Tante suka kan? Tante suka k****l gede kan?” Serangan yang tiba2 membuat aku melenguh kecil. Tiba – tiba fikiran lebih nakal terlintas. Aku perhatikan sekitar. Aku perhatikan meja dihadapanku. Aman. Tante Dina bengong beberapa detik melihat apa yang aku lakukan. (Suer, ini benar – benar aku lakukan, sampai saat ini aku sendiri masih mikir darimana kenekatan itu muncul? Hehehe).
Tatapanku tetap tertuju pada Tante Dina. Kedua tanganku bekerja cepat dan hati – hati mencari kepala resleting celanaku. Tante Dina masih bengong melihat aksiku dan tetap bengong ketika tangan kananku menarik turun kepala resleting celanaku sampai mentok di dasar bawahnya. Aku tersenyum. Mungkin karena senyumku waktu itu mesum banget plus ekspresi mupeng abis menyadarkan Tante Dina dari kebengongannya.
“Tok, Kamu mau ngapain?” sambil berbisik Tante Dina menoleh ke kanan, ke kiri.
“Aman Tante..aman. Jangan khawatir. Jangan berisik.” Jari tengah, telunjuk dan ibu jari tangan kananku bekerjasama berusaha mengeluarkan k****lku dari celanaku. Uh, sulit. Kondisi k****lku yang ngaceng total membuat ukurannya masksimal sehingga sulit aku keluarkan. Tante Dina yang tadinya bengong, sepertinya kini sadar apa yang aku lakukan.
“Antok, jangan gila ah, ntar ketahuan, Tok.” Sambil berbisik begitu kedua tangan bergerak menutupi aksi kedua tanganku, bukan menahan atau menyingkirkan tanganku. (Suer! Hampir ngakak aku melihat perilaku Tante Dina saat itu hahahaha). Akhirnya aku sadari bahwa gak mungkin ngeluarin otot selangkanganku yang lagi ngaceng tanpa membuka gesper celanaku. Sekali lagi aku cek sekitar. Aman.
Aku bebaskan kancing – kancing gesperku. Aku lihat wajah Tante Dina makin tegang. Aku longgarkan lilitan gesperku, aku buka kait kancing celana katunku. Detik – detik yang membuat darah mengalir kencang ke seluruh bagian tubuhku, termasuk k****lku. Ketegangan k****lku pada puncaknya. Sensasinya luar bisasa. Dengan cepat aku rogoh ke balik celana dalamku, menggenggam k****lku. (Suer! Saat itu tanganku bisa merasakan kekencangan otot selangkanganku itu pada puncaknya, seperti batang kayu jati tua. Ya begini deh kalo horny puncak). Kemudia mengeluarkannya yang langsung disambut tatapan mupeng Tante Dina. (Suer! Aku suka banget moment ini. Laki – laki mana yang gak bangga ketika perempuan mengagumi dan menginginkan dengan sangat k****lnya?).
“Silahkan dinikmati, Tante. Tadi kan Tante hanya pegang doang, sekarang puas – puasin melihat ya Tante.” Aku bisikkan kalimat ini dekat sekali di telinganya.” Kok cuma diliat doang, Tan?” lanjutku ketika gak ada reaksi lain dari Tante Dina selain memelototi k****lku. Aku tangkap tangan kana Tante Dina dan aku letakkan di k****lku.
“Gak banyak waktu, Tan. Ntar diliat orang lho.” Aku godai lagi. Yang langsung dijawab dengan genggaman dan remasan. Uihhh nikmat banget. (Suer! Pengen banget aku melenguh keras, apa daya gak mungkin aku lakukan itu kan?). Tante Dina meremas dengan sangat gemas, seperti perempuan yang udah lama gak ketemu k****l.
“Eeegghh….kok gede banget gini sih, Tok…k****l gedee…. eeeghh.” Dengusan nafas Tante Dina lumayan kencang. Remasan di k****lku makin jadi aja. Wajah tante Dina mupeng banget. Tiba – tiba aku jadi keder sendiri, uih kalo gak distop bakalan bisa heboh nih Tante. Aksi remas – remas k****l itu aku biarkan selama sekitar 2 menit. Cukuplah! Cukup bikin nih Tante blingsatan.
“Udah dulu ya, Tan.” Sambil aku masukkan kembali k****lku ke balik celana dalam, menarik ke atas kepala resleting sampai puncaknya, mengaitkan kembali kancing celana, mengencangkan gesper dan menguncinya. Yup! Udah rapi lagi nih. Sekarang tinggal Tante Dina yang aku lihat cemberut. Mungkin karena kesenangan mainin k****lku terhenti hehehhe.
“Udah deh, Tante bisa mainin k****lku kapan aja Tante mau, Aku janji.” Aku bisikkan sambil menjilat tipis daun telinga Tante Dina, sekali. Yang langsung dijawab dengan cubitan di pada dan lenganku.”Iiihh Kamu nakal banget sih, Tok!” kata Dia sambil terus mencubitiku.
Aku lihat jam tangan. Ups, udah jam 21.10an menit gitu deh. Tante Dina langsung melakukan hal yang sama. Dan Tante Dina tampak gak suka.
“Tante tinggal telpon, Aku pasti datang. Lengkap dengan semua bagian tubuhku, Tan.” Sekali lagi aku menggodai. Kembali Tante Dina mencubiti aku yang diakhiri dengan meremas kencang k****lku yang masih ngaceng total. Aku biarkan aksi remas ini sekitar 30 detik. Aku stop ketika aku mulai mendengar dengus nafas Tante Dina mulai memburu dan gigi – gigi mulai bergemeletuk. Bagusnya Tante Dina sadar juga dengan situasi dan kondisi yang ada saat itu.
“Oke. Tante atur waktu ya, Tok.” Katanya sambil mengelus k****lku dari permukaan celanaku. “Yup. Aku tunggu. Sekalian cek in ya, Tan.” Bisikku. Tante Dina hanya tersenyum. Senyum mesum dan mupeng.
Sekitar 3 menit kami basa – basi kemudian aku keluar duluan. Gila! Puas banget! (Suer! Kejadian di rumah makan itu benar – benar pengalaman yang luar biasa banget bagi aku). Akhirnya aku meluncur pulang. Sepanjang jalan aku senyum – senyum sendiri mengingat kejadian tadi. Secara k****lku masih terus bertahan pada bentuk perkasanya. Pokoknya ngaceng sepanjang jalanlah hehehehe. Seneng banget bisa kenal tante yang mupeng banget gini.
Akhirnya malam itu aku muncratkan pejuhku di sebuah warnet, di salah satu boxnya, di mulut seorang cewek, ketemuan hasil chating malam itu. (Kalo sempet aku ceritakan di cerita lain, karena saat ini aku lagi konsentrasi mendokumentasikan proses kedekatanku dengan Tante Dina)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar