Senin, 19 September 2011

Dibooking Andre

Beginilah nasibku. Aku jelas-jelas bukan homo. Apalagi banci. Butuh uang untuk hidup membuatku terjebak dalam dunia pelacur waria kayak gini. Setiap hari pakai baju perempuan, nongkrong di pinggir jalan menanti laki-laki yang memiliki orientasi seksual menyimpang atau sekadar pengen coba-coba, membookingku.
Si Misye, alias Misno, teman sekamar sekaligus seprofesiku jelas waria asli. Bencong tulen. Teteknya aja gede kayak cewek. Akibat suntikan silikon. Kalo tetekku? Sumpelan kain isinya. Hehehe. Dan aku jelas gak mau nyuntik silikon kayak dia. Karena aku jelas laki-laki tulen. Kalo gak kerja malam kayak gini, sehari-hari penampilanku ya lelaki, asli.
Padanya sering aku katakan, gak akan bakalan mau melakukan hal seperti ini kalau bukan karena duit. Aku adalah lelaki normal dan pengen kawin dengan perempuan asli. Aku juga bilang, tak akan pernah mau ngentot dengan laki-laki manapun jika tidak berpenampilan sebagai waria. Misye manggut-manggut mendengar kata-kataku yang penuh semangat kalau sedang membicarakan hal ini. Dia selalu berkomentar bahwa dia menghargai prinsipku itu. Dia berharap suatu saat, aku bisa punya pekerjaan yang layak dan tak lagi menjadi waria bohongan seperti sekarang. sedangkan tentang dirinya, dia pernah bilang, “Biarlah aku saja yang begini Bang,” katanya. “Udah kadung,” dia terlihat sangat sedih saat mengucapkan kata-kata itu.
Kalo aku lagi bokek berat, karena semalaman gak ada yang booking, si Misye sering ngasih duit ke aku. Sebagai imbalannya, aku bersedia ngentotin dia sampe lemes. Ini kulakukan hanya sekadar membalas kebaikannya saja. Masak udah ditolong, aku gak memberikan kesenangan padanya? Aku tak mau menjadi orang yang tak tahu membalas budi. Dan Misye tahu pasti, kalau apa yang kulakukan padanya bukan karena aku menikmatinya. Tapi hanya sekadar balas budiku saja padanya.
Bukan ge er, aku idola para waria di kosku lho. Gimana gak jadi idola. Wajahku lumayan ganteng. Bodyku cukup kekar. Kontolku gede kayak terong ungu. Mereka sampe pernah berantem, pake jambak-jambakan segala lagi, gara-gara ngerebutin aku. Pengen aku sekamar dengan mereka. Malah mereka bersedia aku gak usah patungan bayar sewa kamar. Tapi aku tetap setia sama si Misye. Karena dialah orang yang pertama kali nolongin aku waktu aku terdampar di Jakarta sini. Dan selalu nolongin aku sampe sekarang. Jadi meskipun waria yang laen nawarin hal yang lebih dari yang bisa diberikan Misye padaku, aku tetap menolak ajakan mereka. Aku menjaga perasaan si Misye yang sensitif banget.
Misye suka cemburu bila aku deket-deket dengan waria yang lain. Apalagi kalo isengku kumat, godain waria-waria itu. Dia bakalan diemin aku deh seharian. Sedangkan soal profesiku sebagai pelacur waria dia tak pernah cemburu. Dia malah sangat mendukung sekali. Aneh ya? Dia itulah yang ngajarin aku gimana caranya bersolek bak wanita sejati. Padahal, dulunya aku mana ngerti make up wanita. Di kampung kerjaanku ya nyangkol di sawah. Kalo gak percaya, pegang saja telapak tanganku ini, kasar.
Aku lagi di booking nih sekarang. Sama anak ABG. Andre namanya. Katanya, dia masih kelas tiga SLTP. Ngakunya belon pernah ngesex. Sedangkan kawan-kawannya udah pernah ngesex. Jadinya dia sering diledekin karena masih perjaka. Makanya dia pengen ngelepasin perjakanya malam ini. Edan juga anak-anak ABG zaman sekarang ya.
Awalnya dia pengen booking perek, katanya padaku. Tapi ternyata perek-perek sekarang tarifnya mahal. Duitnya gak cukup. Akhirnya pas ketemu waria dia ditawarin ngesex cuman dua puluh ribu perak. Jelas aja Andre girang banget. Kemudian dia nyari-nyari waria yang cocok dengan seleranya. Eh ketemu denganku. Langsung deh dia kepincut liat tampangku yang manis. Hehe.
“Berapaan Mbak?” tanyanya padaku. Awalnya aku geli juga lho dipanggil Mbak kayak gini. Tapi sekarang udah biasa.
“Dua puluh ribu aja Mas. Kalo sekalian kamar jadinya lima puluh ribu,” jawabku dengan suara yang dilebut-lembutin. Harus gitu. Kaget dong dia kalo aku pake suara jantanku yang asli. Andre setuju. Kemudian aku duduk di boncengan sepeda motornya. Dengan petunjukku dia melaju ke kos-kosanku dan Misye.
Misye sedang gak ada di kamar. Dia emang gak pernah gunain kamar kami untuk ngentot dengan pelanggan. Cuman aku aja. Soalnya buatku duit tambahan tiga puluh ribu untuk kamar cukup lumayan. si Misye biasanya sewa kamar hotel murahan untuk prakteknya.
Begitu kamar sudah kukunci, kusuruh dia membuka seluruh pakaiannya. Andre mengikuti apa yang kukatakan dengan segera. Sudah tak sabar lagi dia rupanya. Kontolnya gede juga untuk ukuran abg seperti dia. Bodynya pun bagus. Ramping dan atletis, kayak aku.
“Mau diisep dulu, atau langsung ngentot?” tanyaku padanya.
“Isep dulu aja Mbak,” jawabnya malu-malu.
Aku langsung berjongkok diselangkangannya. Kontolnya kumasukkan dalam mulutku. Dia terhenyak. Kaget mungkin. Berarti dia jujur belon pernah ngentot. Sesaat kemudian dia sudah mengerang-erang keenakan dan ngecret. Wajahku belepotan spermanya yang kental. Setelah itu dia terduduk lemas diatas ranjang.
“Istirahat dulu? Atau mau dilanjutin?” tanyaku santai.
“Istirahat dulu deh Mbak. Capek banget,” jawabnya tersipu malu.
Aku menyuguhkannya air minum kemasan. Dia segera menghabiskannya.
“Bawa kondom gak?” tanyaku.
“Bawa Mbak. Bawa,” jawabnya cepat. Dia langsung mengambil kondom yang disimpannya dalam saku celananya. Ada tiga bungkus.
“Banyak banget,” kataku.
“Persediaan Mbak,” jawabnya lagi, juga tersipu malu.
Setelah lima menit, kutanya lagi dia. Apakah dia sudah siap untuk melanjutkan atau belum. Dia menjawab sudah. Aku langsung naik ke atas tempat tidurku. Menungging. Rok sepanku ku angkat ke atas. Kuturunkan celana dalam wanita, warna merah jambu, yang kukenakan sebatas betisku. Pantatku langsung terpampang didepan matanya.
Kulihat dia terpana. Pantatku putih bersih. Segala bulu, baik jembut, dan bulu pantat selalu kucukur bersih. Tapi pasti yang membuat Andre terpana bukan itu. Tapi kontolku yang besarnya minta ampun. Jauh lebih besar dari punya dia.
“Mbak, kontolnya gede banget ya,” katanya lirih. Benar saja dugaanku.
“Namanya juga waria Ndre, jadi ya punya kontol,” jawabku santai. “Dimulai dong, masak cuman diliatin doang,” kataku lagi. Pahaku lebih kulebarkan lagi. Lobang pantatku yang merekah dapat dilihatnya lebih jelas lagi.
Andre mendekatkan kontolnya yang sudah keras ke lobang pantatku. Lalu kontolnya pun terbenam erat disana. Selanjutnya ia mulai menggenjot maju mundur. Mula-mula genjotannya pelan. Lama-lama semakin cepat. Dan bertambah cepat. Akhirnya diapun ngecret lagi. Dia roboh diatas tubuhku. Bersimbah keringat.
“Mas, nanti sekali lagi ya,” katanya dengan suara lemas padaku. Apa katanya Mas? Kok jadi berubah gitu sih? Pikirku. Tapi apa peduliku. Sama aja. Mau Mas atau Mbak.
“Boleh. Kamu cepet amat ngecretnya ya. Minum irex mau?” tanyaku.
“Emang Mas punya?” tanyanya.
“Ada,” sahutku.
Dia minum irex yang kusediakan. Mudah-mudahan bisa membantunya.
Setelah tenaganya pulih kembali, dia mengajakku ngentot sekali lagi. “Tapi kali ini Mas buka baju semua,” pintanya. Buka baju semua? Kalo buka baju semua aku jadi laki-laki dong. Tetekku gak ada. Rambut panjangku juga wig. “Make up nya juga dihapus aja,” katanya lagi.
“Kenapa rupanya?” tanyaku.
“Gak papa. Cuman kalo pake pakaian waria gitu, Mas jadi aneh,” katanya.
“Gak usah deh. Gini aja,” jawabku. Aku berusaha menolak.
“Kalo Mas mau, entar Andre tambahin lagi deh. Jadi seratus ribu,” rayunya.
Aku jadi tergoda mendengar rayuannya soal nambah bayaranku. Segala prinsipku hilang dari benakku. Akhirnya meski kurang sreg, kuikuti apa maunya. Kubuka seluruh pakaianku. Wig kulepas. Make up ku hapus. Kini aku berdiri sebagaimana layaknya lelaki telanjang bulat. Kami berdiri berhadapan. Sama-sama telanjang bulat.
“Gini lebih bagus,” katanya. Jemarinya mengelus dadaku yang lumayan bidang. Selanjutnya dia menyelomoti pentil dadaku dengan buas. Anak ini punya bakat homo, pikirku. Dia lebih bernafsu kini dibandingkan saat dia mengentotku dengan pakaian waria tadi. Mulutnya menjelajahi seluruh bagian atas tubuhku. Turun hingga akhirnya di batang kontolku yang membonggol.
“Masshhhh… besar banget,” katanya dengan suara bergetar. Lalu kontolku dimasukkannya ke dalam mulutnya. Dugaanku sepertinya gak salah. Andre ini punya bakat gay juga. Aku sih santai saja. Kubiarkan dia berbuat sesukanya padaku.
Mulutnya bergerilya. Batang kontolku, kepala kontolku, dan juga dua buah pelirku habis dilumatnya. Aku mengerang-erang. Rasanya begitu enak. Seperti saat Misye mengerjai kontolku sebelum kemudian aku mengentot dia.
Lama juga Andre mengerjai kontolku. Dia sangat suka rupanya. Setelah merasa puas, barulah dia berdiri kembali. Berdiri berhadapan denganku. Diciuminya bibirku yang tipis. Kami saling melumat cukup lama. Kemudian dia mendorong tubuhku sehingga jatih telentang diatas ranjang. Tubuhku ditindihnya. Kontol kami yang sama-sama keras saling berhimpitan. Dia mengajakku bermain kontol. Pantat kami kemudian bergerak-gerak, mengadu batang kontol kami.
Puas bermain kontol dia segera bangkit dari menindihku. Pahaku dikangkangkannya lebar-lebar. Kedua pahanya diselipkan dibawah pahaku. ABG ini kulihat berubah jadi liar sekarang. Kontolnya langsung dibenamkannya di lobang pantatku. Jembutnya yang lebat, terasa menggelitik celah lobang pantatku.
“Lho? Gak pake kondom Ndre?” tanyaku.
“Gak usahh ahh. Ahhh… ahhh…,” sahutnya dengan wajah menyeringai.
Dan kemudian pantatnya mulai menggenjot. Sangat keras. Sangat cepat. Menghentak-hentak. Ranjangku yang kecil berderak-derak keras. ABG ini berubah jadi perkasa. Tidak seperti tadi, yang sebentar saja langsung ngecret. Aku tak tahu, apakah ini pengaruh irex? Atau memang gairahnya yang seperti ini.
Kubalas genjotannya dengan tak kalah liar dan perkasa. Aku kan harus memuaskan pelangganku. Jadilah kami berdua mendengus-dengus bak banteng liar. Sementara pantat kami bergoyang berbalasan dengan keras. Mulut kami saling melumat dengan buas. Ahh.. ahh… rasanya begitu bersemangat. Sangat nikmat. Tanpa kami sadari tubuh kami sudah basah kuyup, bersimbah keringat.
“Ohhh Mashhh.. Mashhhh… enak banget Masshhh ohhhh…..,” racau Andre.
“Kerasshhh Ndreehhh lebih kerasshhh ahhh.. ahhh.. ahhh..,” kataku bersemangat. Tanganku ikut membantu gerakan pantatnya agar semakin keras dan cepat menggenjot. Soalnya aku sangat keenakan dengan kontolnya yang besar mengaduk-aduk lobang pantatku.
“Ohhh fuckk.. enaknya ahhh.. ahhh… ahhh..,” kata Andre.
“Ndrehhh kontolmu enak sekalihh ahhh ahhh.. ahh.. enak Ndrehhh ahh..,”
“Mas sukah kontolkuhh? Suka Masshh? Ahhh.. ahhh.. ahhh..,”
“Yahh.. ah..yah… yahh.. aooohhhh..,” aku mengerang keenakan. Bener-bener enak men.
Dan pergumulan cabul kami akhirnya berakhir setelah Andre orgasme didalam saluran pelepasanku. Orgasmenya bener-bener dahsyat. Badannya yang ramping berisi sampe kejang-kejang di atas tubuhku. Kemudian dia ambruk disebelahku. Telentang dengan nafas tersengal-sengal. Akupun turut ambruk menelungkup. Entah kenapa, rasanya pergumulanku dengannya barusan ini sangat berbeda dari yang pernah kurasakan. Luar biasa menggairahkan.
Oh, tubuhku rasanya letih nungging dientot oleh Andre. ABG itu apalagi. Dia pasti kelelahan banget setelah mencumbuiku dengan buas. Kami beristirahat sejenak. Menenangkan diri.
“Gimana Ndre? Enak?” tanyaku pelan pada Andre, setelah kelelahanku kurasakan mulai hilang.
“Gila Mas, enak banget. ini pertama kalinya buat Andre. Luar biasa banget Mas,” katanya.
“Masak sih pertama? Kayaknya udah pengalaman banget deh,” godaku.
“Enggak Mas. Suer ini yang pertama. Tapi kalo ngelihat cowok ama cowok ngentot Andre memang udah pernah,” katanya.
“O ya? Kapan? Siapa?” tanyaku. Bocah itu kulihat tercenung sejenak.
“Mmmm, nyeritainnya bingung Mas. Malu,” jawabnya.
“Kok malu?” tanyaku.
“Abis orang deket Andre juga sih,”
“Orangnya kan gak ada disini. Mas juga gak kenal kok. Lagian mana mungkin Mas bakalan ngasih tau ke orang-orang,” rayuku. Aku agak penasaran juga, siapa sih orang yang pernah dilihatnya itu.
Dia berpikir sejenak. Namun kemudian akhirnya dia bercerita juga. mendengar ceritanya aku kaget juga. orang yang pernah dilihatnya itu ternyata kakak kandungnya sendiri dengan sepupunya. Nama kakaknya itu Randy dan sepupunya itu Thomas. Yang lebih gilanya, kakaknya itu saat dilihatnya ngentot dengan sepupunya yang umurnya sebaya Andre itu, saat kakaknya itu akan melangsungkan pernikahan beberapa hari lagi. Gila ya.
“Andre bener-bener gak ngerti Mas, kok Mas Randy bisa ngelakuin hal itu. Andre juga bingung, kok Andre bisa menikmati apa yang mereka lakukan. Sejak itu Andre jadi kepikiran terus Mas. Makanya Andre pengen nyobain,” katanya.
“Jadi, cerita ke Mas tadi boong ya,”
“Boong? Cerita mana Mas yang boong?” tanyanya bingung.
“Tadi katanya pengen cari perek. Tapi kaena kemahalan gak jadi,”
“Iya Mas. Boong. Andre cuman pura-pura doang. Niatnya sejak awal ya nyari kayak Mas ini,” sahutnya malu-malu. Ketangkap basah ketahuan rahasianya olehku.
“Jadi kok tadi milihnya saya?’ tanyaku.
“Abisnya Mas manis sih. Andre liat Mas kalo tampil sebagai laki-laki juga tetap manis,” sahutnya lagi.
“Masak kelihatan sih?” tanyaku.
“Iya Mas,”
“Mmm gitu. Jadi gimana nih? Mau udahan atau lanjut lagi?”
“Kalo lanjut lagi, nambah biaya lagi gak Mas?” tanyanya malu-malu.
“Hehehe. Kenapa? Duitnya kurang?’
“Gak sih. Pengen negesin aja,”
“Kalo untuk Andre gak usah nambah lagi deh. Mas juga suka kok ngentot sama Andre. Tapi ada syaratnya,”
“Apa Mas?”
“Mas boleh juga ngebool Andre,” kataku.
“Mmmm boleh Mas. Boleh. Andre juga pengen nyoba,” katanya tersipu.
“Kalo gitu kita mulai aja,” kataku.
Bocah itu langsung bersiap ambil posisi. Dia mengangkang lebar-lebar telentang. Aku segera bersimpuh diantara selangkangannya.
Bocah ini masih perjaka ting-ting duburnya. Aku agak kerepotan juga melakukan penetrasi padanya. Tapi dia bener-bener berkemauan keras pengen mencoba dianal olehku. Meskipun kulihat dia sangat kesakitan, dibiarkannya saja aku menembus lobang pantatnya yang sempit dengan kontolku yang besar.
Setelah berulang-ulang menekan kontolku memasuki lobang pantatnya, akhirnya masuk juga seluruh batang kontolku. Setelah itu aku mulai bergerak. Andre mengerang-erang. Entah erangan kesakitan atau keenakan. Aku tak peduli, mau dia kesakitan atau keenakan. Genjotan pantat terus kulanjutkan. Gerakan pantatku menggila. Aku benar-benar keenakan dengan dubur si Andre yang ganteng ini.
Aku tak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Saat dientot oleh pelangganku, motivasiku hanya uang. Aku tak pernah menikmatinya. Kalaupun harus ngentotin lobang pantat, paling aku hanya melakukannya dengan Misye. Itupun karena faktor hutang budi. Dan juga tak kunikmati. Tapi saat ini entah kenapa aku begitu menikmatinya. Aku begitu bersemangat menghajar dubur Andre.
“Hahhh… hahhh… hahhhh…. hahhhh…hahhhh..,” aku mendengus-dengus. Spermaku akan muncrat sebentar lagi.
Saat spermaku kurasakan menyembur dari lobang kencingku, tiba-tiba pintu kamarku terbuka lebar. Si Misye nongol di pintu. Dia terkejut melihatku. Aku lebih terkejut lagi. Tak kusangka Misye sudah pulang.
“Bang Poltak! Ngapain?!!!!” serunya keras. Nama asliku disebutnya keras. Bukan Popy, nama banciku.
Aku tak tahu harus ngomong apa. Tubuhku rasanya lemas karena orgasmeku. Pantatku menekan keras di buah pantat Andre. Bocah yang sedang merasakan semburan spermaku inipun terlonjak kaget. Wajahnya melongo memandang Misye yang kaget melihat kami sedang tindih-tindihan seperti itu.
Kami hanya saling pandang-pandangan untuk waktu yang cukup lama. Sama-sama melongo. Kalo aku melongo dengan ekspresi keenakan karena orgasme. Tak ada yang berbicara. Tapi aku yakin, Misye pasti bingung sekali melihatku. Saat tampil sebagai laki-laki normal seperti saat ini aku menggagahi seorang laki-laki. Hal yang selama ini selalu aku katakan padanya, tak akan mungkin pernah akan aku lakukan. Aku bener-bener bingung diantara kenikmatan yang sedang menjalar di seluruh tubuhku.

Pemerkosa Kualat (Part 2)

Posted on July 9, 2011 |
Aku melihat si cewek sekarang berdiri tegak (aduh, siapa sih namanya? Penasaran betul aku untuk mengetahuinya). Wajahnya merah, napasnya terengah-engah. Buah dadanya yang tegak menantang tampak semakin tegak, kedua putingnya yang berwarna coklat kemerahan tampak tegang karena terangsang. Kedua tangannya mengelus-elus kemaluannya, yang kini tampak sangat basah, belepotan dengan air maninya yang menetes-netes ke bawah.
Aduh mak, belum pernah aku melihat wanita orgasme dengan cairan sebanyak itu! aku melihat wajah si Rudi, yang tetap mendongak ke atas. Astaga, wajahnya (bukan Cuma mulutnya lho) benar-benar belepotan dengan cairan orgasme si cewek. Ekspresi wajahnya sungguh tidak bisa ditebak, antara bingung, takut, tetapi (tampaknya) juga sangat terangsang. Matanya nanar dan terus memandang kemaluan si cewek yang sekarang agak jauh dari wajahnya. Ia tampaknya juga mendambakan sesuatu yang lebih dari barang indah yang baru saja dikulumnya tadi itu.
Si cewek tersenyum melihat ekspresi si Rudi:” kamu puas juga yah? Kamu minta lagi?” tanyanya genit. Rudi diam saja. Ia malah pelan-pelan menurunkan pandangan matanya dan menundukkan kepalanya. Si cewek tampaknya tersinggung melihat itu:” kamu nggak suka yah? kurang ajar kamu, dasar cowok pemerkosa sialan!” dan..plaak..sebuah tamparan yang sangat kuat mendarat di pipi Rudi. Temanku yang malang itu berteriak, dan terjengkang ke belakang. Tangannya yang masih terikat di punggung menyebabkan ia tidak dapat berbuat apa-apa untuk melawan. Kini ia telentang tanpa daya di lantai tanah yang kotor.
Si cewek sekarang melompat dengan ganas, mengangkang di atas tubuh Rudi yang telentang. Sekali lagi kemaluannya mendekati wajah Rudi:” kalau kamu nggak puas sama yang tadi, nih..nih..gua kasih yang lain..yang lebih banyak”. Dan astaga, kulihat cairan deras keluar dari kemaluannya, menyemprot ke wajah Rudi. Si kuntilanak itu kencing! kulihat wajah temanku yang malang itu bergerak ke kiri ke kanan, berusaha menghindari semburan cairan yang menyemprot itu. Tetapi tentu saja tidak berhasil. Akhirnya ia pasrah, diam saja sambil menutup matanya. Kulihat wajahnya lucu sekali, seperti hampir menangis.
Si cewek itu tetap berdiri di atas kepala Rudi, mulutnya terkikik-kikik melihat wajah Rudi yang serba memelas:’haah..rasain lo! dikasih yang enak pura-pura nggak suka..sekarang gua kasih yang super pesing dan asin..” kemudian ia bergerak menjauh, kakinya menendang kepala Rudi yang masih telentang:” tuh, tidur sana. Sementara gua udah abis sama elo”. Si cewek sekarang memutar tubuhnya, dan dengan ngeri kulihat ia memandang wajahku dengan penuh nafsu:” masih ada satu lagi nih, makanan gua” katanya. Tangannya mengambil lagi pisau yang tadi terjatuh kelantai, dan dengan langkah pelahan berjalan ke arahku. Aku serasa melihat seorang algojo datang, siap mencabik-cabik tubuhku yang malang ini.
” Ja..jangan mbak..” kataku ketakutan, ketika ia telah mencapai tubuhku. Ia memandang heran:”lho, emangnya kenapa? Aku juga mau memberimu kenikmatan kok.” Katanya sambil terkikik (sungguh, ketawanya itu mengingatkanku pada ketawa kuntilanak di film). Ia membungkuk, mengelus-elus kepalaku (aku masih duduk menggelosor di lantai). Dipandanginya wajahku dengan teliti:” kamu orang Arab ya?” tanyanya tiba-tiba. Wah, aneh juga pertanyaanya. Aku menjawab dengan suara gemetar:’ bu..bukan mbak. Tapi kakekku memang turunan India” aku jujur saja. Memang wajah dan penampilanku menampakkan aku bukan orang pribumi asli. Ia terkikik lagi:” naah..benar kan dugaanku. Arab kek, India kek..pasti kamu punya kelebihan. Kontolmu gede kan?” walah, pertanyaannya bener-bener jorok. Aku coba menyengir:” eeh..soal itu, Mbak lihat sendirilah. Selera orang kan berbeda-beda”. Ia mengangguk-angguk, dan akhirnya keluar perintahnya, ” berdiri kamu!”
Nah, ini dia, saat perkosaanku sudah tiba. Dengan gemetar dan susah payah aku berdiri. Tanganku yang masih terikat di belakang punggung sungguh membuat gerakanku terbatas. Kini aku sudah berdiri tegak, berhadapan dengannya dalam jarak beberapa puluh senti. Aduh mak, ia betul-betul cantik. Wajahnya agak mirip bintang film Tamara Blezinski. Baru dapat kulihat kelebihannya setelah ia berdiri sedekat ini denganku. Ia telanjang bulat, memperlihatkan seluruh keindahan tubuhnya. Aku masih berpakaian lengkap, baju dan celana jeans. Sepintas aku membaui parfum tubuhnya. Aku merasa mulai terangsang.
Ia memandang tubuhku lekat-lekat:” gua pingin ngerasain kontol elo. Jangan menolak atau bikin macem-macem. Gua tusuk entar perut elo”. Ia mengacungkan pisaunya ke wajahku. Walah, hilanglah sudah rangsangan yang tadi sempat timbul. Rupanya si kuntilanak ini memang benar-benar menyukai melihat lawan mainnya menderita. Ia tidak mau melihat lelaki yang disetubuhinya merasa menang atau menggagahinya. Matilah aku.
” Gua buka bajumu” katanya. Dengan cepat ia membuka kancing bajuku, sehingga dadaku yang berbulu lebat tampak keluar (aku tidak pakai kaos dalam). Ia memandang dengan kagum, dirabanya bulu dadaku dengan jemarinya yang panjang:” ck..ck..ck..hebat sekali. Gua benar-benar dapat makanan enak malam ini ” katanya. Kemudian tangannya dengan cepat beralih ke celanaku, membuka ritsletingnya dan gerakan kilat memelorotkan celanaku bersama dengan celana dalamnya sekalian. Sekarang aku berdiri telanjang, baju terbuka dan celana yang sudah diturunkan sampai mata kaki. Kemaluanku yang memang (sangat) besar tampak menggantung layu, kepalanya yang berwarna kemerahan tampak mengeriput.
Si cewek berteriak kagum melihatnya:”waaw..bener perkiraanku. Kontolmu besaar banget!” ia sekarang berjongkok dihadapanku, tepat di depan kemaluanku. Tangannya yang tidak memegang pisau memegang-megang, mengelus dan memijit-mijitnya:’ kalo masih tidur aja sudah segini, berapa besarnya kalau ngaceng?” ia mengangkat kemaluanku sehingga tertarik ke depan:” aku bangunin yah” katanya. Dan tanpa bicara lagi, dibukanya mulutnya dan dimasukkannya kemaluanku ke dalamnya. Dihisapnya kemaluanku dengan kuat, lidahnya menjulur menyelusuri batangnya dan bibirnya yang mungil dan seksi digerak-gerakkannya kedepan dan ke belakang.
Sensasinya sungguh luar biasa. Aku merasa mulai terangsang hebat, tetapi..mataku beralih ke tangannya yang lain. Pisau yang berkilat itu masih tergenggam erat, dan meskipun ia sibuk mengulum kemaluanku tetapi ia tetap tidak lupa mengarahkan pisau itu ke perutku (mungkin ia kuatir juga kalau aku melawan atau menendangnya). Melihat itu, plaas..hilanglah sensasi rangsangan itu. Rasa takut kembali mencekamku. Kontolku yang hampir sempat menegang di dalam mulutnya, melayu kembali.
Dia rupanya merasakan perubahan itu. Dia menggerakkan mulut dan lidahnya semakin kuat, dibantu jari-jarinya mengocok pangkal kemaluanku yang masih ada di luar mulutnya. Tetapi, dasar namanya orang ketakutan, aku sama sekali tidak terangsang. Kemaluanku layu saja di dalam mulutnya, malah semakin lama semakin mengecil.
Si cewek tampak makin kesal dan marah melihat itu. Diludahkannya kemaluanku dari dalam mulutnya dan mengomel:” kamu gimana sih? udah capek gua sepong belum juga bangun! he..kamu impoten ya? Bilang terus terang, biar nggak salah kalau aku tusuk kontolmu abis ini.” Aduh, aku benar-benar takut sekarang. Daripada terjadi apa-apa, aku bilang jujur saja:” mbak, bukannya aku impoten. Masalahnya.. aku serem sekali mbak. Bagaimana aku bisa terangsang kalau pisau Mbak nempel terus di perut. Coba dirangsang yang bener gitu, aku pasti tegang”. Kulihat si cewek memandang wajahku (dia tetap berlutut di depanku). Kulihat matanya, tampaknya dia mengakui kebenaran alasanku itu.”Gitu ya?” katanya. Dia menelan ludah, menarik napas dan pelan-pelan berdiri. Pisau yang dipegangnya dilemparkan jauh-jauh ke sudut rumah:’ ya udahlah. Sekarang gua pakai cara yang lain” katanya. Ia kembali berdiri di depanku, hanya berjarak beberapa sentimeter dari tubuhku.
Kini wajahnya berubah sama sekali lain. Kalau tadinya tampak serem dan sangar penuh nafsu binatang, kini berubah menjadi sayu, sendu dan tampaknya sangat mendambakan kenikmatan dariku. Matanya sayu. Aduh, sungguh dia tampak semakin cantik. Dia mendekatiku, mengelus rambutku dan mendekatkan bibirnya ke bibirku. French kiss nih, pikirku. Kusambut mulutnya dengan mulutku, dan sedetik kemudian lidah kami bergumul dalam ciuman. Napas kami memburu. Buah dadanya menggesek-gesek dadaku, putingnya bergesekan dengan putingku (tinggi kami hampir sama). Di bagian bawah kurasakan bulu kemaluannya bergesekan dengan batang kemaluanku, terasa hangat dan basah. Aku mendesah. Dia sungguh luar biasa. Dalam sekejap ketakutanku hilang dan nafsuku mulai naik.
Ciuman si cewek sekarang beralih dari mulutku, berpindah ke telinga, leher, dan terus menurun ke dadaku. Dihisapnya putingku berganti-ganti kiri-kanan, sementara tangannya mengelus-elus dadaku yang berbulu. ” Aaah..” Aku mendesah. Ia memandang wajahku:” mulai terangsang yah? Bohong apa beneran?” tanyanya dengan nada lucu:” beneran mbak” kataku:” tuh lihat, kontolku sudah mulai tegak.” Ia memandang ke bawah, melihat kemaluanku yang mulai bangun:”iya yah” katanya gembira:” sekarang gua tegangin maksimal yah. Lihat ini”. Dia duduk berlutut, mulai menciumi perut dan pusarku. Dengan sangat akhli ia menghisap dan menjilat bagian perutku, menimbulkan getaran rangsangan yang sangat hebat. Jilatannya semakin turun dan kini mulutnya sibuk menciumi bulu-bulu di pangkal kemaluanku. Ditarik-tariknya bulu itu dengan bibirnya, sambil mulutnya terus menggeram-geram seperti orang gemas.
Kini aku benar-benar terangsang. Kakiku bergetar, kemaluanku perlahan-lahan menegang dan kini hampir berdiri tegak seratus persen. Warna batang kemaluanku yang kehitaman, dengan kepala berwarna kemerahan dan otot-otot yang semakin menonjol tampak kontras dengan warna kulit pipi si cewek yang putih mulus dan berkali-kali bergesekan dengan batang kemaluanku itu, ketika dia sibuk menjilati dan menarik-narik bulu kemaluanku.
Dia memandang kemaluanku yang sudah tegak seperti tiang bendera itu dengan selera besar:” gitu dong sayang, itu baru namanya cowok yang baik..sekarang gua terusin rangsangannya yah.” Ia memegang kemaluanku, kukira akan dikulum di mulutnya. Tetapi ternyata tidak, ia mendekatkan kemaluanku ke buah dadanya yang montok, putih dan tegak itu. Digesek-gesekkannya kemaluanku ke puting susunya berganti-ganti, sehingga puting itu semakin menegang kecang. Kemudian ia menekan kepala kemaluanku ke puting susunya sehingga puting itu tertekan ke dalam buah dadanya. Kemudian ia menggerak-gerakkan batang kemaluanku dengan gerakan memutar sehingga gesekannya semakin keras. Aku mengerang keenakan. Ia memandang wajahku dengan pandangan puas, bangga atas kemampuannya membangkitkan nafsu laki-laki yang baru beberapa menit lalu masih mengkerut ketakutan.
Kini ia menjauhkan diri sedikit dariku, dan memegang paha kiriku:” buka kakimu sayang” desisnya, suaranya tampak penuh rangsangan. Ia membantu mengangkat kaki kiriku, dan dan kakiku ditumpangkan ke kursi reyot di sebelahku. Kini batang kemaluanku tegak bebas ke depan, dan kedua bolanya menggantung bebas pula. Si cewek ini bergerak, merunduk ke bawah dan menyungkupkan kepalanya ke bawah selangkanganku.
Aku tidak bisa melihat apa yang dilakukannya, tetapi kurasakan jilatan lidahnya menyapu bagian bawah tubuhku, di antara lobang dubur dan bola kemaluanku. Lidahnya terus bergerak dengan akhli ke arah kedua bola itu, dijilatinya berganti-ganti dan akhirnya dikulumnya dengan kuat sehingga kudengar suara berkecipak. Aku semakin terangsang, hingga terasa seluruh tubuhku bergetar. Aku mendesis:” mbak..mbak..kulum kemaluanku dong..aku pingin sekali..” Aku sama sekali lupa bahwa aku dalam posisi diperkosa, kedua tanganku masih terikat. Yang kulihat di depan mataku adalah seorang wanita yang sangat cantik sedang sibuk menjilat dan menghisap bagian bawah tubuhku dengan nafsu bergelora.
Ia mendengar pemintaanku dan tampaknya akan meluluskannya. Dilepaskannya kulumannya dari bola kemaluanku, dan kini ia duduk bersimpuh di depanku. Kepalanya mendongak ke atas, matanya setengah terpejam. Dia membuka mulutnya lebar-lebar:” gih masukin burungmu ..” Katanya:” jangan takut, enggak akan gua gigit kok”. Ia masih juga sempat bercanda. Aku merendahkan badanku (aduh, tanganku yang terikat ini benar-benar mengganggu). Aku arahkan kemaluanku ke mulutnya yang terbuka lebar, dan dengan pelan-pelan mendesakkannya ke dalam. Si cewek tetap membuka mulutnya lebar-lebar, matanya semakin terpejam. Ketika ia merasakan kemaluanku memasuki mulutnya, ia bersuara dengan manja:” aa..” Katanya. Terus dan terus ia mengeluarkan suara itu, sampai aku menghentikan tusukan kemaluanku karena aku merasa sudah menyentuh ujung kerongkongannya.
Aku diam menunggu reaksinya. Ia tidak menutup mulutnya, tetapi lidhnya mulai bergerak, menyelusuri batang kemaluanku yang berada dalam mulutnya. Dipermainkannya batangku dengan lidahnya, digulirkan ke kiri kanan dan ditekan-tekannya ke dinding mulutnya di kiri dan kanan. Terasa hangat, basah dan sangat merangsang. Kemudian ia menekan batangku dengan lidahnya hingga menekan langit – langit mulutnya, dan ia mulai menggerakkan kepalanya kemuka dan kebelakang. Aakhh..kenikmatan yang tiada tara. Aku hanya dapat mendesisi-desis menikmati rangsangan ini, dan ikut menggerakkan pinggulku ke depan dan ke belakang mengikuti irama goyangan kepalanya. Selanjutnya si cewek mulai mengatupkan bibirnya, dan kemaluanku terasa dihisap ke dalam: ” uumm..” Gumamnya manja, ketika ia mulai menyedot dengan kuatnya. Lidahnya terus saja menari-nari, menggesek sekujur batang kemaluanku.
Aku tak tahan lagi. Terasa ada desakan kuat dari dalam batang kemaluanku. Celaka, aku akan keluar! wah, daripada salah lagi, aku segera mengumumkannya kepada si cewek:” mbak, mbak, aku sudah mau keluar. Aku nggak tahan lagi..” Erangku.kepalaku memutar ke muka dan kebelakang, menahan rangsangan yang sangat hebat itu.
Mendengar kata-kataku, si cewek tia-tiba melepaskan kulumannya:” eeh..nanti dulu” katanya:” gua masih pengen ngerasain kontolmu. Jangan keluar dulu dong”. Ia cepat cepat berdiri dan mengeluarkan komandonya lagi:” sekarang kamu telentang..cepat, cepat!”. Aku berusaha mematuhinya, tetapi karena tanganku diikat di belakang aku hampir kehilangan keseimbangan. Untung, sebelum jatuh si cewek memegang tubuhku dan membantuku tidur telentang. Setelah aku siap, dia memandang kemaluanku yang tetap tegang dan mencuat ke atas hampir tegak lurus:” sekarang gua mau ngewe kamu” katanya:” rasain yah”. Sambil berkata begitu, ia berjongkok di atas tubuhku dan mengarahkan kemaluanku dengan tangannya ke arah lobang kemaluannya. Vagina yang indah itu merekah dan memerah, siap menerima tusukan kemaluanku.
Dia memasukkan batangku ke lobang kemaluannya, dan mulai berusaha menekan ke dalam. Dan pada saat itu aku merasa sangat takjub. Lobang kemaluan kuntilanak ini kecil sekali! tampak ia sangat susah payah memaksakan kontolku untuk masuk, wajahnya memerah dan mulutnya mendesah-desah tidak karuan. Aduh..kemaluanku rasanya seperti diperas. Belum pernah aku merasakan lobang kemaluan sekencang ini. Dahulu di kampung aku pernah menyetubuhi si marni, teman sekelasku di SMA. Dia masih perawan, tetapi toh lobangnya tidak seperet ini. Sungguh luar biasa. Aku merasa di sepanjang dinding vaginanya terdapat tonjolan-tonjolan melingkar yang menggesek batangku. Sensasinya sungguh luar biasa. Aku harus dengan susah payah menahan muncratnya maniku. Aku berusaha menahannya dengan cara memikirkan hal-hal lain selain seks.
Akhirnya dia berhasil menusukkan seluruh kemaluanku.” Aahh..” desisnya puas. Ia menghentikan tekanannya, dan kini ia duduk berjongkok di atas badanku. Ia menundukkan kepalanya, mencoba melihat batang kemaluanku yang sudah melesak ke dalam lobang kenikmatannya. Jari-jarinya yang lentik mengelus pangkal kemaluanku yang masih ada di luar, dan mengelus – elus bibir kemaluannya yang sekarang terbelah lebar karena desakan senjataku. ” Ck..ck..” gumamnya kagum:” barang segede ini kok ada di dunia ya. Apa nggak sobek memekku ini?” tanyanya dengan manja.
Ia memandang wajahku dan tersenyum manis. Hilanglah sudah wajah kuntilanak pemerkosa, kini kulihat wajah wanita cantik yang sedang dalam kebersamaan denganku menggapai kenikmatan duniawi. Rasanya hampir aku jatuh cinta padanya.” Aku mulai yah” katanya. Ia menelungkupkan tubuhnya di atas badanku, dan kini mulai menaik turunkan pinggulnya dengan berirama. Aku hanya bisa diam dan menikmati. Rasanya aku ingin memeluk tubuhnya, meremas buah dadanya yang kini menggantung di atas dadaku, melumat bibirnya..tapi apa daya, tanganku masih terikat di punggung. Aku mau minta dibukakan, tetapi rasa takut masih tersisa di benakku. Jangan-jangan dia marah..lebih baik aku diam sajalah dan menikmati apa yang dilakukannya.
Si cewek menggerakkan tubuhnya dengan semakin liar. Kadang-kadang ia menegakkan tubuhnya dan menggenjot kemaluanku dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Kadang-kadang kalau sudah lelah, dia menelungkupkan lagi tubuhnya di atas tubuhku. Aku hanya bisa diam. Akupun hanya bisa menurut ketika ia menyodorkan buah dadanya ke mulutku:” nih, bisa nggak kamu isep..enak lho”. Ya, tentu saja enak dan memang itulah keinginanku. Jadi meskipun dengan susah payah, kuangkat kepalaku dan kuhisap puting kemerahan yang tegak di depan mulutku itu.
Dia membantu dengan mengangkat kepalaku dan mengarahkan agar buah dadanya menekan mulutku. Mulutnya mendesah kenikmatan. Pinggulnya terus begoyang, kemaluannya semakin basah sehingga dapat kudengar suara berkecipak ketika ia kemaluanku bergesekan dengan dinding vaginanya. ” aaggh.. auukhh.. enak sekali, mas” (astaga, dia sekarang memanggilku mas).:” terusiin.. dalemiin.. aku mau keluuaarr.. auu..” keluar lagilah teriakan tarzannya yang terkenal, berkumandang ke seluruh gubuk kecil ini. Tubuhnya semakin bergoyang tidak karuan, dan akhirnya ia menjatuhkan badannya ke atas badanku:” aku keluar..aku keluar..uuhh..” napasnya tersengal-sengal seperti kuda habis ikut balapan. Kukecup keningnya, hampir hampir dengan perasaan sayang. Kurasakan cairan sangat banyak berleleran keluar dari lobang kenikmatannya, meleleh hingga ke bola kemaluanku.
Setelah mengatur napasnya, ia memandang wajahku. Dielusnya dahiku yang juga berleleran keringat:” kamu belum keluar ya?” katanya penuh sayang (wah, rupanya dia juga lupa lagi memperkosa). ” belum mbak..” kataku. Aneh juga, kemaluanku yang tadinya hampir muncrat sekarang masih tetap tegak perkasa. Si cewek tersenyum:” aku kasih kamu hadiah khusus, karena aku puas banget tadi. Kamu mau keluar dalam memekku atau di mulut?” waduh, dua tawaran yang sama sama nikmat. Aku menyengir:” dua-duanya saja mbak. Keluar di memek dulu lalu Mbak isep. Mau?” dia memijit hidungku dengan manja:” curang kamu. Maunya enak sendiri”. Aku terus menggoda:” mau nggak?” tanyaku sambil ketawa. ” Mauu..” jeritnya. Dan setelah itu, ia mulai menggenjot lagi.
Kemaluanku mulai keluar masuk lagi dalam lobang kemaluannya, bergesekan dengan tnjolan-tonjolan nikmat di sekitar dindingnya. Gerakannya tidak terhambat lagi, karena kemaluannya sudah sangat basah. Digoyangnya pinggulnya dengan berirama, ke kiri, ke kanan, ke atas, ke bawah.
Setelah sepuluh menit, aku merasa sesuatu mendesak dalam kemaluanku. Nah, ini dia:” mbak, mbak..” kataku:” aku sudah mau keluar..cepetin..” ia membuka mata mendengar eranganku itu (selama ini dia menutup matanya menikmati permainan kami). ” beneran?” katanya bergairah. Tiba-tiba dia menegakkan badan, dicopotnya kemaluanku dari lobangnya begitu cepat sehingga terdengar suara “plop”. Dia mengangkat badannya dan dengan cepat memegang kemaluanku yang sudah sangat basah kuyup dengan lendir:” mana?” katanya gemas:” kok belum keluar? Ini kan lendir gua, bukan punyamu”.
Sambil berkata begitu, ditundukkannya kepalanya dan dimasukkanlah seluruh kemaluanku ke mulutnya. Betul-betul seluruh, pembaca yang budiman, karena sudah tidak ada lagi sisa batangku yang ada di luar. Bibirnya sudah bergesekan langsung dengan bulu di pangkal kemaluanku. Aku merasa kepala kemaluanku bukan hanya menyentuh ujung kerongkongannya, tetapi sudah betul-betul masuk ke kerongkongan itu sendiri (kok dia tidak muntah ya? Pikirku).
Dengan kondisi seperti itu, ia mulai lagi dengan tarian lidahnya, menggesek seluruh permukaan batangku. Digigit-gotnya dengan halus, sambil mulutnya mengguman tidak jelas. Aku tak tahan lagi. Kupandang wajah cantik itu dari posisiku yang masih telentang. Matanya yang setengah terpejam, pipinya yang mulus tampak cekung karena sedang sibuk menyedot barangku, dan bibir merahnya yang seksi tampak sedang melingkari pangkal batangku dengan ketat..aku mengangkat pantat sedikit, dan croot..croot..muncratlah seluruh tangki maniku di dalam mulutnya. Banyak sekali! ku lihat ia tersedak menahan semburan air hangat itu, tetapi dia tetap berusaha menampungnya.
Dia tetap mengisap kemaluanku hingga semprotan terakhir keluar. Kulihat ia berusaha menelan maniku tanpa melepaskan batangku dari mulutnya. Tampaknya dia berhasil (tidak ada sedikirpun yang meleleh dari mulutnya!). batangku tetap dikulumnya, seakan dia merasa sangat sayang melepaskannya. Akhirnya kemaluanku mulai mengecil, semakin kecil hingga akhirnya lepas sendiri dari mulutnya.
Dia tampak sangat puas. Dipalingkannya wajahnya ke arah wajahku, napasnya tampak tersengal-sengal dan kulihat bibirnya yang indah berlepotan dengan air maniku yang rasanya sudah kusemprotkan berliter-liter banyaknya di dalam mulutnya. Dia tersenyum manis:” hebat..hebat deh kamu..kontol gede, mani banyak dan kental banget..luar biasa ” katanya dengan napas tersengal sengal. Dipandanginya kontolku yang sudah layu dengan pandangan kagum. Dielus-elusnya barang kebanggaanku yang sudah menganggur selama dua tahun itu, dicium-ciumnya dengan gemas. Aku mulai terangsang lagi. Kemaluanku mulai berdiri tegak. Si cewek kuntilanak itu memandang dengan geli, dan menjentikkan jarinya ke batang kemaluanku:” maunyaa..gitu aja sudah ngaceng lagi. Nggak usah ya. Gua udah puas banget.” Sambil berkata begitu ia berdiri dan melangkah menjauh.
Ia berjalan ke arah meja, mengambil rokok Marlboro dari dalam tasnya dan menyalakannya sebatang. Ia berjalan mengitari kami yang masih menggelosot di lantai, tetap telanjang bulat: ” tentu kalian heran ya, kenapa aku melakukan ini ” katanya. Nada suaranya kini berubah serius.

Pemerkosaan Murid Kesayangan

Posted on July 9, 2011 |
Para pembaca setia sumbercerita.com, kali ini kami akan memaparkan kekejaman sekelompok guru di sebuah sekolah. Kebetulan salah seorang guru tersebut(maaf nama tidak dapat kami sebutkan) adalah paman salah satu anggota kami. Peristiwa tragis berikut adalah nyata dan benar-benar terjadi. Melalui rubrik ini pula salah satu guru yang terlibat ingin meminta maaf sebesar-besarnya. Dan ia sudah mengirimkan sejumlah uang ke rekening orang tua korban, yang diharapkan mampu digunakan untuk menyembuhkan sang korban.
Terima kasih atas kesediaan pihak 17th Network, Corp. Yang telah menampilkan cerita ini. Bagi para pembaca setia sumbercerita.com, silakan para pembaca menikmati cerita peristiwa tragis berikut. Dan terutama bagi para guru, diharap menahan hasrat nafsu anda. Terima kasih.
*****
Seperti biasa pada pagi yang cerah Lhian bersiap untuk berangkat sekolah. Lhian S, gadis cantik bertubuh tinggi, sexy dan putih mulus. Gadis berkacamata ini cukup pintar dan rajin dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Dia dikenal sebagai gadis nomor satu disekolahnya. Sifatnya yang tomboy memudahkan para teman prianya untuk menikmati tubuh Lhian dengan memandangi payudara, paha, pinggul, ketiak dan pantatnya yang besar. Karena Lhian sangat mudah bergaul dengan anak cowok. Tinggi Lhian sekitar 168 cm, dan beratnya 55 kg.
Lhian memang mempunyai tubuh yang paling sempurna di sekolahnya. Dengan ukuran bra 36B, ia kadang tidak memakai bra untuk menyangga susunya ketika bermain dengan teman-temannya. Para teman cowoknya yang beruntung saat itu, akan dapat menikmati pemandangan yang membuat jakun pria naik turun. Mereka berharap bisa menjamah kantong susu itu, dan meminum susunya. Meskipun tidak mengenakan bra, susu Lhian yang hanya ditutupi kaos terlihat kencang dan tegak. Itu karena Lhian rajin berolahraga, baik itu push-up, sit-up, jogging, basket, dll. Sehingga susunya pun sangat padat dan kenyal. Tapi yang paling menonjol adalah buah pantatnya yang besar dan luar biasa montok. Lhian terpilih mempunyai pantat terindah oleh teman-teman cowoknya. Disamping itu Lhian selalu memakai rok birunya yang ketat, pantatnyapun bergantian naik-turun ketika ia berjalan. Garis celana dalamnya tercetak jelas di belakang roknya, menandakan betapa padat dan montoknya pantatnya.
Selama proses belajar mengajar, para guru laki-laki yang mengajarnya sering memperhatikan Belahan payudara Lhian yang kadang terlihat sedikit menyembul keluar, dan roknya yang tersingkap sehingga pahanya yang putih mulus terpampang jelas dimata gurunya. Lhian kadang sengaja membiarkan beberapa bagian tubuhnya diamati. Lhian mempunyai pinggul yang lebar, pantat yang sekal dan paha yang besar dan gempal menggairahkan. bahkan tidak jarang teman-teman cowok dikelasnya yang nekat masturbasi dikelas ketika sedang jam pelajaran, karena tidak tahan melihat paha atau pantat Lhian didepannya. Lhian sangat bersemangat disekolahnya. Ia aktif mengikuti kegiatan ekstra di sekolahnya seperti pramuka dan paskibraka. Lhian sekolah di sebuah SMU swasta yang terkenal dikotanya, sekarang ia kelas 3.
*****
Pagi sekali sekitar pukul 06. 30 dia sudah menunggu angkutan kota menuju sekolahan nya, jarak sekolahnya tidak terlalu jauh sekitar 5 km. Apalagi nanti ada upacara. Tiba-tiba ketika Lhian sedang asyik-asyiknya jalan sendiri sambil baca buku pelajaran, ada seorang naik mobil menghampirinya.
“Halo Lhian kok jalan?”, tanya si pengendara mobil itu yang ternyata adalah Pak Bambang guru Fisikanya.
“Lho Bapak kok jam segini sudah berangkat?” tanya Lhian spontan.
“Iya saya habis nginap di tempat saudara, takutnya telat. Kalo mo ke sekolah, ayo ikut Bapak saja” ajak Pak Bambang.
Karena Lhian sudah kenal benar dengan yang namanya Pak Bambang. Akhirnya mau juga nebeng Pak Bambang. Tapi Lhian nggak tahu disitulah awal bencana bagi Lhian.
“Dik Lhian nggak keberatan khan kalau kita mampir dulu ke rumah adik saya, soalnya saya baru ingat kalau buku laporan saya tertinggal di sana?” Pak Bambang membuat alasan.
“Iya Pak tapi cepetan yah, biar nggak telat”
Tiba-tiba Pak Bambang mempercepat kecepatan mobilnya dengan sangat tinggi dan arahnya ke rumah kosong di pedesaan yang jarang terjamah orang.
Sesampainya disitu Lhian ditarik dengan paksa masuk ke dalam rumah kosong dan disitu sudah ada Pak Wahyu, Pak Joko yang merupakan wali kelas Lhian yang sudah lama mengamati Lhian dan nggak ketinggalan kepala sekolah Pak Budi dan wakil kepala sekolahnya yang namanya Pak Dono. Mereka semua nampaknya sudah menunggu semenjak tadi.
“Halo Lhian, sudah ditunggu dari tadi lho?”, seru salah seorang dari mereka.
“Apa-apaan nih? Apa yang Bapak-Bapak lakukan disini?”, Lhian mulai kebingungan.
Lhian menjerit karena dia mulai digerayangi.
“Bangsat tua bangka jangan coba-coba sentuh saya”.
“Diam, kamu pengin lulus nggak? Berani melawan perintah gurumu yah”, kata Pak Budi selaku guru Matematika.
Lhian mencoba melawan dengan memukuli dan menendang gurunya. Tapi Lhian kalah setelah ia dihantam perutnya oleh Pak Joko guru olahraganya, dan di gampar pipinya berkali-kali sampai Lhian kelenger hingga merah dan bibirnya berdarah. Lhian meringis kesakitan.
“Nah sekarang emut dan hisep kontol saya, kontol Pak Andi, kontol Pak Joko dan Pak Dono yang kenceng nyedotnya, kalo nggak saya obrak-abrik rahim kamu biar nggak bisa punya anak Mau?”,
Karena ketakutan akhirnya Lhian mengulum kontol para gurunya. Lhian menyedot penis mereka satu-persatu dengan bibirnya yang merah dan mulutnya yang mungil, sambil tangannya menggenggam penis para Bapak guru sambil mengocok-ngocoknya.
“Nah gitu terus yang enak ayo jangan berhenti, telen pejuhnya biar kamu tambah pinter”, seru Pak Bambang.
“Mmmphh, slerrpp, mmhh” Dengan terpaksa Lhian menghisap kontol-kontol mereka sampe mereka semua pada orgasme.
“Edan, nih cewek nyepongnya mantep banget Lhian, lo pasti sudah sering nyepongin kontol temen-temen lo yah? haa, ha, ha, ha”.
Guru Lhian satu persatu menyemburkan sperma mereka ke dalam mulut Lhian, dan mengalir ke tenggorokannya. Walaupun Lhian hampir muntah dia memaksakan untuk menelan pejuh kelima orang itu. Dia masih tak percaya dioral oleh gurunya sendiri. Wajah Lhian mulai terlihat kelenger lagi, sepertinya ia mabuk sperma, merasakan mual pada perutnya.
Setelah mereka puas memperkosa mulut Lhian ternyata mereka langsung menelanjangi Lhian. Pak Dono memegang kedua tangan Lhian, Pak Budi memelorotkan rok abu-abunya, Pak Joko merobek pakaian dan kutang Lhian.
“Nih murid teteknya putih banget, gede lagi, putingnya coklat pasti manis nih Wahh, kenyal sekali, lembut banget Bapak-Bapak” Pak Joko mengomentari payudara Lhian, sambil mulai meremas-remas payudara Lhian.
Dalam sekejap Lhian sudah dalam keadaan tanpa busana.
“Jangan Pak jangan, atau saya akan melapor ke polisi”, seru Lhian sambil teriak.
“Ooo, coba saja nanti, sekarang sebaiknya kamu persiapkan diri kamu untuk menerima pelajaran khusus” Seru Pak Budi sambil menjambak rambut Lhian.
Lhian sekarang hanya mengenakan celana dalam putih saja.
Ketika Pak Budi hendak beraksi tiba-tiba Pak Bambang protes, “karena saya yang dapat perek ini maka saya duluan yang memperkosanya.”
Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh Lhian menjadi tengkurap, kedua tangannya yang ditarik kebelakang menempel dipunggung sementara dada dan wajahnya menyentuh kasur. Kedua tangan kasar Pak Bambang itu kini mengusap-usap bagian pantat Lhian, dirasakan olehnya pantat Lhian yang sekal. Sesekali tangannya menyabet pantat Lhian dengan keras, bagai seorang Ibu yang tengah menyabet pantat anaknya yang nakal “Plak, Plak.”.
“Wah sekal sekali pantat kamu Lhian, kenyal, gila nih Don, paha murid kita satu ini gede amat. Putihnya ya ampun, banyak bulu-bulu halusnya lagi di pahanya” ujar Pak Bambang sambil terus mengusap-usap dan memijit-mijit pantat Lhian sambil sesekali mencabuti bulu-bulu di paha Lhian yang putih gempal itu.
Lhian mengaduh kesakitan.
“Bakal mabuk nih kita nikmatin pantat segede gini, seperti bokong sapi aja.”
“Montoknya, ya ampun, gede, kenyal lagi” sambil memijat pantat Lhian yang memerah karena tamparan tangan Pak Bambang.
Pak Dono lalu menjilati dan menggigiti bongkahan pantat si Lhian.
“Aakhh, bangsat, keparat, jangan sentuh pantat gue”, Lhian membentak mereka.
“Plakk” sebuah tamparan sangat keras ke pipi Lhian.
“Diam kamu, pelacur pengin gue rontokin gigi putih loe”, Pak Dono balas membentak.
Lhian hanya diam pasrah, sementara tangisannya mulai terdengar. Tangisnya terdengar semakin keras ketika tangan kanan Pak Bambang secara perlahan-lahan mengusap kaki Lhian mulai dari betis naik terus kebagian paha lalu mengelus-elus paha mulus putih Lhian dan akhirnya menyusup masuk kedalam roknya hingga menyentuh kebagian selangkangannya.
“Jangan paak, saya mohon, saya masih perawan pakk”, Lhian teriak ketakutan.
Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan kanan Pak Bambang, yaitu jari tengahnya menyusup masuk kecelana dalamnya dan langsung menyentuh kemaluannya. Kontan saja hal ini membuat badan Lhian agak menggeliat, dia mulai sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Pak Bambang tadi langsung menusuk lobang kemaluan Lhian.
“Egghhmm, oohh, shitt, shitt”, Lhian menjerit badannya mengejang tatkala jari telunjuk Pak Bambang masuk kedalam liang kewanitaannya itu.
Badan Lhian pun langsung menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan, ketika Pak Bambang memainkan jarinya itu didalam lobang kemaluan Lhian. Nafas Lhian terengah-engah sambil mengerang kesakitan.
Dengan tersenyum terus dikorek-koreknyalah lobang kemaluan Lhian, sementara itu badan Lhian menggeliat-geliat jadinya, matanya merem-melek, mulutnya mengeluarkan rintihan-rintihan yang keluar dari mulutnya itu Pak Bambang menciumi bibir vagina Lhian sambil sesekali memasukkan lidahnya kedalam liang vagina Lhian, kepala Pak Bambang menghilang di bawah selangkangan Lhian sambil kedua tangannya dari bawah meremas -remas pantat Lhian. Sementara Pak Dono meremas payudara kanan Lhian, dan mulutnya mengulum payudara Lhian satunya lagi.
“Pak Bambang, susu murid kesayanganmu ini gurih sekali, harum lagi, kualitas nomer satu”.
Pak Dono asyik menyantap payudara Lhian, yang ranum padat dan kenyal sekali.
“Ehhmmpphh, mmpphh, ouughh, sakii..iit, paa..ak”.
Lhian terus mengerang kesakitan pada kedua buah dadanya dan kenikmatan pada kemaluannya. Setelah beberapa menit lamanya, kemaluan Lhianpun menjadi basah oleh cairan kewanitaannya, Pak Bambang kemudian mencabut jarinya.
Melihat Lhian yang meronta-ronta, Pak Bambang semakin bernafsu dan dia segera menghunjamkan penisnya ke dalam vagina Lhian yang masih perawan. Walaupun vagina Lhian sudah basah oleh air liur Pak Bambang dan cairan vagina Lhian yang keluar, namun Pak Bambang masih merasakan kesulitan saat memasukkan penisnya, karena vagina Lhian yang perawan masih sangat sempit. Lhian hanya dapat menangis dan berteriak kesakitan karena keperawanannya yang telah dia jaga selama ini akan direnggut dengan paksa seperti itu oleh gurunya sendiri. Lalu dengan ngacengnya Pak Bambang memasukkan batang penisnya lagi.
“Auw aduh duh sshh, saakkii..iitt, pakk.. ammpuu..uunn”, terdengar suara dari mulut Lhian yang terlihat kesakitan.
Dia mulai menangis sambil mendesah menikmati kontol Pak Bambang yang mengaduk-aduk liang peranakannya. Terlihat jelas raut wajah Lhian yang menahan sakit luar biasa pada selangkangannya.
Lhian sekarang lebih terdengar suara tertahan ketika penis disodok-sodokkan ke lubang memeknya.
“Huek, hek, hek aah oohh jangan, uh, duh, ampunn pakk”, ternyata Lhian telah orgasme.
Sungguh mengasyikan melihat expresi Lhian yang merem-merem sambil menggigit bibir bawahnya. Pak Bambang terus menggenjot memek Lhian. Menit-menitpun berlalu dengan cepat, masih dengan sekuat tenaga Pak Bambang terus menggenjot tubuh Lhian, Lhianpun nampak semakin kepayahan karena sekian lamanya Pak Bambang menggenjot tubuhnya. Rasa pedih dan sakitnya seolah telah hilang, erangan dan rintihanpun kini melemah, matanya mulai setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja yang terlihat, sementara itu bibirnya menganga mengeluarkan alunan-alunan rintihan lemah, “Ahh, ahh, oouuhh”.
Lalu Pak Bambang memposisikan tubuh Lhian menungging. Pantat Lhian sekarang terlihat kokoh menantang, ditopang paha panjangnya yang putih dan tegak. Pak Bambang memasukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm lebih itu ke vagina Lhian hingga terbenam seluruhnya, lalu dia menariknya lagi dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda panjang itu ke dalam rongga vagina Lhian hingga membuatnya tersentak kaget dan kesakitan sampai matanya membelalak disertai teriakan panjang.
“Aaahh, Stoop, kumohon jangan”.
Kedua tangan Pak Bambang memegang pantat Lhian, sedangkan pinggulnya bergoyang-goyang berirama. Sesekali tangan Pak Bambang mengelus-elus pantat Lhian dan sesekali meremas payudara Lhian dari belakang.
Beberapa menit kemudian, Pak Bambang kembali mempercepat goyangan pinggulnya, kemudian dia menarik kedua tangan Lhian. Jadi sekarang persis seperti menunggangi kuda lumping, kedua tangan Lhian dipegang dari belakang sedangkan pantatnya digoyang seirama sodokan penis Pak Bambang. Karena tidak disangga kedua tangannya lagi, kini buah dada Lhian tergencet di atas tikar tipis sebagai alas Lhian disetubuhi. Sedangkan wajah Lhian menghadap keatas dengan mulut menganga mengerang kesakitan. Melihat keadaan Lhian seperti itu, Pak Bambang semakin bersemangat mengebor liang vagina Lhian.
“Anjingg, bangsaatt, perekk, loo, Lhian ngentoott, gue entotin loo”.
Pak Bambang merancau tak jelas. Dan akhirnya Pak Bambangpun berejakulasi di lobang kemaluan Lhian, kemaluannya menyemburkan cairan kental yang luar biasa banyaknya memenuhi rahim Lhian.
“Aa, aakkhh, oohh”, sambil mengejan Pak Bambang melolong panjang bak serigala, tubuhnya mengeras dengan kepala menengadah keatas.
“Aoohh, oouuhh, bangsaatt, shitt, shitt”.
Lhian mengumpat sambil mendesah, tubuhnya mengejang merasakan air mani Pak Bambang membanjiri rahimnya. Puas sudah dia menyetubuhi Lhian, rasa puasnya berlipat-lipat baik itu puas karena telah mencapai klimaks dalam seksnya, puas dalam menyetubuhi Lhian, puas dalam merobek keperawanan Lhian dan puas dalam memberi pelajaran kepada gadis nomor satu di sekolah itu.
Lhian menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba terbelalak, dia sadar bahwa gurunya telah berejakulasi karena dirasakannya ada cairan-cairan hangat yang menyembur membanjiri vaginanya. Cairan kental hangat yang bercampur darah itu memenuhi lobang kemaluan Lhian sampai sampai meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur. Lhian yang menyadari itu semua, mulai menangis namun kini tubuhnya sudah lemah sekali.
Setelah itu Pak Andi maju untuk mengambil giliran. Kali ini Pak Andi mengangkat kedua kaki Lhian ke atas pundaknya, dan kemudian dengan tidak sabar dia segera menancapkan penisnya yang sudah tegang ke dalam vagina Lhian. Pak Andi masih mengalami kesulitan saat memasukkan penisnya, meskipun vagina Lhian kini sudah licin oleh sperma Pak Bambang dan juga cairan vagina Lhian. Vagina Lhian masih sangat sempit. Kembali vagina Lhian diperkosa secara brutal oleh Pak Andi, dan Lhian lagi-lagi hanya dapat berteriak kesakitan.
“Bangsatt, akkhh, bajingaann, sudahh, sudahh, keparaatt”
Namun kali ini Lhian tidak berontak lagi, karena dia pikir itu hanya akan membuat gurunya semakin bernafsu saja.
Sementara itu Pak Andi terus memompa vagina Lhian dengan cepat sambil satu tangannya meremas-remas payudara Lhian yang bulat kenyal dan tidak lama kemudian dia mencapai puncaknya dan mengeluarkan seluruh spermanya di dalam vagina Lhian.
“Ooohh, makan nih pejuh gue”.
Lhian hanya dapat meringis kesakitan, tubuhnya telentang tidak berdaya di lantai. Walaupun tangan dan kakinya sudah tidak dipegangi lagi, dan membayangkan dirinya akan hamil karena saat ini adalah masa suburnya. Dia dapat merasakan ada cairan hangat yang masuk ke dalam vaginanya. Darah perawan Lhian dan sebagian sperma Pak Andi mengalir lagi keluar dari vaginanya.
“Hmmpphh, hhmmpp, oohhkk, oughh”, Lhian menjerit dengan tubuhnya yang mengejang ketika Pak Budi mulai menanamkan batang kemaluannya didalam lobang kemaluan Lhian.
Matanya terbelalak menahan rasa sakit dikemaluannya, tubuhnya menggeliat-geliat sementara Pak Budi terus berusaha menancapkan seluruh batang kemaluannya. Memang agak sulit selain meskipun sudah dimasuki dua penis tadi, usia Lhian juga masih tergolong muda sehingga kemaluannya masih sangat sempit.
Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Pak Budi berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya didalam vagina Lhian. Tubuh Lhian berguncang-guncang disaat itu karena dia menangis merasakan sakit dan pedih tak terkirakan dikemaluannya itu. Diapun terus memohon kepada Pak Budi agar mau melepaskannya.
“Ahh, rasain loe, akhirnya aku bisa ngerasain jepitan memek kamu sayang”, bisiknya ketelinga Lhian.
“Oouuhh, Paakk, saakiitt, Paak, ampuunn”, rintih Lhian dengan suara yang megap-megap.
Jelas Pak Budi tidak perduli. Dia malahan langsung menggenjot tubuhnya memompakan batang kemaluannya keluar masuk lobang kemaluan Lhian.
“Aakkhh, oohh, oouuhh, oohhggh”, Lhian merintih-rintih, disaat tubuhnya digenjot Oleh Pak Budi, badannyapun semakin menggeliat-geliat.
Otot-otot dinding vaginanya kuat mengurut-urut batang kemaluan Pak Budi yang tertanam didalamnya, karenanya Pak Budi merasa semakin nikmat. Sambil memukuli perut Lhian dengan tangannya, berharap agar vagina Lhian mencengkram penisnya dengan lebih erat karena lobang vagina Lhian semakin mengendur.
Tiba-tiba Pak Budi mencabut penisnya dan dia duduk di atas dada Lhian. Pak Budi mendempetkan kedua buah payudara Lhian yang kecil dengan kedua tangannya dan menggosok-gosokkan penisnya di antara celah kedua payudara Lhian, sampai akhirnya dia memuncratkan spermanya ke arah wajah Lhian. Lhian gelagapan karena sperma Pak Budi mengenai bibir dan juga matanya. Setelah itu Pak Budi masih sempat membersihkan sisa sperma yang menempel di penisnya dengan mengoleskan penisnya ke payudara Lhian dan ke puting susunya. Kemudian Pak Budi menampar payudara Lhian yang kiri dan kanan berkali-kali, sehingga payudara Lhian berwarna kemerahan dan membuat Lhian merasa perih dan kesakitan.
Selanjutnya dua orang, Pak Joko dan Pak Dono maju. Mereka kini menyuruh Lhian untuk mengambil posisi seperti merangkak. Kemudian Pak Joko berlutut di belakang pantat Lhian dan mulai mencoba memasukkan penisnya ke lubang anus Lhian yang sangat sempit.
“Gila nih cewek, bokongnya montok banget kenyal lagi, lihat nih Tin paha si Lhian. Gempal, gede, Putih banget. Bener kata Pak Bambang” Kata Pak Joko.
“Ampuunn, jangan sodomi saya paakk, saya mohoonn”.
Membayangkan kesakitan yang akan dialaminya, Lhian mencoba untuk berdiri, tetapi kepalanya dipegang oleh Pak Dono yang segera mendorong wajah Lhian ke arah penisnya. Kini Lhian dipaksa mengulum dan menjilat penis Pak Dono. Penis Pak Dono yang tidak terlalu besar tertelan semuanya di dalam mulut Lhian.
Sementara itu, Pak Joko masih berusaha membesarkan lubang anus Lhian dengan cara menusuk-nusukkan jarinya ke dalam lubang anus Lhian.
“Akkhh, oohh, aahh, sshh, perihh, pakk”
Sesekali Pak Joko menampar pantat Lhian dengan keras, sehingga Lhian merasakan pantatnya panas.
“Gila nih perek, bokongnya gede tapi lobangnya kecil banget” Kemudian Pak Joko juga berusaha melicinkan lubang anus Lhian dengan cara menjilatinya.
Lhian merasakan sensasi aneh yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya saat lidah Pak Joko menjilati lubang anusnya. Ia berada dibelakang Lhian dengan posisi menghadap punggung Lhian.
Ketika lobang dubur Lhian agak terbuka, Pak Joko menuang sebotol minyak goreng kedalam lobang dubur Lhian. Setelah itu kembali direntangkannya kedua kaki Lhian selebar bahu, dan, “Aaakkhh.”, Lhian melolong panjang, badannya mengejang dan terangkat dari tempat tidur disaat Pak Jokol menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Lhian. Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah selangkangannya, dengan agak susah payah kembali Pak Joko berhasil menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Lhian, meskipun baru masuk setengahnya. Setelah itu tubuh Lhian kembali disodok-sodok, kedua tangan Pak Joko meraih payudara Lhian serta meremas-remasnya.
Tidak lama kemudian Lhian kembali menjerit kesakitan. Rupanya anusnya sudah jebol oleh penis Pak Joko yang berhasil masuk seluruhnya dengan paksa. Kini Pak Joko memperkosa anus Lhian perlahan-lahan, karena lubang anus Lhian masih sangat sempit dan kering. Ketika Pak Joko menarik penisnya, mulut dubur Lhian ikut tertarik sehingga terlihat monyong keluar. Lalu Pak Joko menyodokkan lagi penisnya, sehingga kini dubur pantat Lhian mengempot.
“Aaakkhh, ouughh, sakii..iitt, pak, periihh, akuu, nggakk.. kuatt, pakk, periihh, sakiitt”.
Lhian menjerit keras sekali, ia baru saja merasakan rasa sakit yang teramat-sangat yang pernah dirasakannya. Pak Joko merasakan kesakitan sekaligus kenikmatan yang luar biasa saat penisnya dijepit oleh anus Lhian. Pak Joko merasa penisnya lecet didalam pantat Lhian. Kenikmatan yang terus-menerus dirasakannya ketika menunggangi pantat Lhian. Tak terbayang bagaimana wajah orang tua Lhian, jika menyaksikan persetubuhan yang tidak manusiawi yang dialami putrinya. Anak perempuan yang mereka rawat dengan kasih sayang hingga remaja dan dibiayai, sekarang tubuhnya sedang menungging telanjang bulat, pantatnya disodomi oleh gurunya sendiri.
Seperempat jam lamanya Pak Joko menyodomi Lhian, waktu yang lama bagi Lhian yang semakin tersiksa itu.
“Eegghh, aakkhh, oohh”.
Dengan mata merem-melek serta tubuh tersodok-sodok, Lhian merintih-rintih, sementara itu kedua payudaranya diremas-remas oleh kedua tangan Pak Joko. Saat Lhian berteriak, kembali Pak Dono mendorong penisnya ke dalam mulut Lhian, sehingga kini Lhian hanya dapat mengeluarkan suara erangan yang tertahan, karena mulutnya penuh oleh penis Pak Dono. Tubuh Lhian terdorong ke depan dan ke belakang mengikuti gerakan penis di anus dan mulutnya.
Kedua payudara Lhian yang menggantung dengan indah bergoyang-goyang karena gerakan tubuhnya diremas-remas dengan brutal oleh Pak Joko. Lhian berteriak-teriak kesakitan.
“Aakkhh, oohh, oouhh, aammp, uunn, pakk”
Keadaan ini terus berlangsung sampai akhirnya Pak Joko dan Pak Dono mencapai klimaks hampir secara bersamaan. Pak Joko yang sudah tidak tahan karena seret dan panasnya dubur Lhian menyemburkan spermanya di dalam anus Lhian, Lhian merasakan perih pada rongga duburnya yang lecet tersiram sperma Pak Joko. Dan Pak Dono menyemburkan spermanya di dalam mulut Lhian. Lhian terpaksa menelan semua sperma Pak Dono agar dia dapat tetap bernafas. Lhian hampir muntah merasakan sperma itu masuk ke dalam kerongkongannya, namun tidak dapat karena penis Pak Dono masih berada di dalam mulutnya. Lhian membiarkan saja penis Pak Dono berada di dalam mulutnya untuk beberapa saat sampai Pak Dono menarik keluar penisnya dari mulut Lhian. Sebagian sisi sperma Pak Dono yang tidak tertelan meluber keluar bercampur dengan air liur Lhian.
Kemudian Pak Dono memaksa Lhian untuk membersihkan penisnya dari sperma dengan cara menjilatinya. Pak Joko juga masih membiarkan penisnya di dalam anus Lhian dan sesekali masih menggerak-gerakkan penisnya di dalam anus Lhian, mencoba untuk merasakan kenikmatan yang lebih banyak. Lhian dapat merasakan kehangatan sperma di dalam lubang anusnya yang secara perlahan mengalir keluar dari lubang anusnya. Perih yang luar biasa dirasakan lobang pantat Lhian yang lecet-lecet.
Setelah Pak Joko mencabut penisnya dari anus Lhian, lalu Pak Dion mengambil kursi dan duduk di atasnya. Dia menarik Lhian mendekati dan mengangkat tubuh Lhian lalu memposisikan mengangkangi penisnya menghadap dirinya. Pak Dion kemudian mengarahkan penisnya ke vagina Lhian, dan kemudian memaksa Lhian untuk duduk di atas pangkuannya, sehingga seluruh penis Pak Dion langsung masuk ke dalam vagina Lhian.
“Aohh, oouuhh, sakii..itt, udahh, Paak, ngiluu paakk”, Lhian mengerang kesakitan.
Setelah itu, Lhian dipaksa bergerak naik turun, sementara Pak Dion meremas dan menjilati kedua payudara dan puting susu Lhian. Sesekali Pak Dion menyuruh Lhian untuk menghentikan gerakannya untuk menahan orgasmenya. Pak Dion dapat merasakan vagina Lhian berdenyut-denyut seperti memijat penisnya, dan dia juga dapat merasakan kehangatan vagina Lhian yang sudah basah.
Pak Dion masih belum puas. Dia memiringkan tubuh Lhian lalu mengangkat kaki kanan Lhian ke bahunya dan mulai menyodok-nyodokan penisnya di liang kemaluan Lhian. Lhian menahan sakit bercampur nikmat itu dengan menggigit bibirnya sendiri hingga berdarah, wajahnya yang sudah penuh air mata dan memar bekas tamparan itu tidak membuat iba gurunya itu. Pak Dion tanpa kenal ampun berkali-kali menghujamkan senjatanya dengan sepenuh tenaga. Temannya yang gendut itu juga menjilati payudara Lhian yang bergoyang-goyang akibat irama pinggul Pak Dion, lidahnya bermain-main di ujung putingnya yang sudah sangat keras. Pak Dion tidak dapat bertahan lama, karena dia sudah sangat terangsang sebelumnya ketika melihat Lhian diperkosa oleh para rekannya, sehingga dia langsung memuncratkan spermanya ke dalam vagina Lhian. Lhian kembali merasakan kehangatan yang mengalir di dalam vaginanya.
Selanjutnya, Pak Gatot yang mengambil giliran untuk memperkosa Lhian. Dia menarik Lhian dari pangkuan Pak Dion, kemudian dia sendiri tidur telentang di lantai. Lhian disuruh untuk berlutut dengan kaki mengangkang di atas penis Pak Gatot. Kemudian secara kasar Pak Gatot menarik pantat Lhian turun, sehingga vagina Lhian langsung terhunjam oleh penis Pak Gatot yang sudah berdiri keras.
“Akkhh, aakkhh, oogghh,”. teriakan memilukan keluar dari mulut Lhian.
Penis Pak Gatot, yang jauh lebih besar daripada penis-penis sebelumnya meskipun tubuhnya pendek yang memasuki vagina Lhian, masuk semuanya ke dalam vagina Lhian, membuat Lhian kembali merasakan kesakitan karena ada benda keras yang masuk jauh ke dalam vaginanya. Lhian merasa vaginanya dikoyak-koyak oleh penis Pak Gatot. Pak Gatot memaksa Lhian untuk terus menggerakkan pinggulnya naik turun, sehingga penis Pak Gatot dapat bergerak keluar masuk vagina Lhian dengan leluasa. Kedua Payudara Lhian besar menggantung bebas, naik turun seirama tubuhnya.
Kemudian Pak Gatot menjepit kedua puting susu Lhian dan menariknya ke arah dadanya, sehingga kini payudara Lhian berhimpit dengan dada Pak Gatot. Pak Gatot benar-benar terangsang saat merasakan kedua payudara Lhian yang kenyal dan hangat menempel rapat ke dadanya. Melihat posisi seperti itu, Pak Joko melepas ikat pinggangnya dan mulai mencambuk punggung dan bongkahan pantat Lhian beberapa kali.
“Akkhh, aakhh, damn, shitt”, Lhian kembali merasakan perih luar biasa pada punggung, pantat, dan pahanya.
Cambukan Pak Joko sangat keras sehingga membuat garis lurus merah di kulit punggung pantat, dan paha Lhian.
Walaupun cambukan itu tidak terlalu keras, namun Lhian tetap merasakan perih dan panas di punggung dan pantatnya, sehingga dia berhenti menggerakkan pinggulnya. Merasakan bahwa gerakan Lhian terhenti, Pak Gatot marah. Kemudian dia mencengkeram kedua belah pantat Lhian dengan tangannya, dan memaksanya bergerak naik turun sampai akhirnya Lhian menggerakkan sendiri pantatnya naik turun secara refleks. Pak Gatot mencengkram pinggul Lhian, lalu membuat goyangan memutar sehingga ia merasakan sensasi luar biasa dengan goyangan mengebor Lhian itu.
“Oohh, sshh, shh”, Pak Gatot mendesah kenikmatan, sambil merasakan pantat Lhian yang empuk basah menduduki selangkanganya.
Ketika Pak Gatot hampir mencapai klimaks, dia memeluk Lhian dan berguling, sehingga posisi mereka kini bertukar, Lhian tidur di bawah dan Pak Gatot di atasnya. Sambil mencium bibir Lhian dengan sangat bernafsu dan meremas payudara Lhian, Pak Gatot terus menggenjot vagina Lhian. Tidak lama kemudian gerakan Pak Gatot terhenti. Pak Gatot mencabut penisnya keluar dari vagina Lhian dan segera menyemprotkan spermanya di sekitar bibir vagina Lhian. Kemudian dia menarik tangan kanan Lhian dan memaksa Lhian untuk meratakan sperma yang ada di sekitar vaginanya dengan tangannya sendiri.
Setelah itu Pak Heru, guru kimianya maju mengambil giliran memperkosa vagina Lhian. Ia mengangkat kedua kaki Lhian dan menyandarkannya diatas bahunya, Pak Heru menempelkan kepala penisnya di mulut vagina Lhian. Dengan kasar Pak Heru menyodokkan Penisnya dengan keras kedalam liang peranakan Lhian. Lalu ia mulai menggenjotnya. Hampir sepuluh menit Pak Heru memompa vagina Lhian dengan kasar, membuat vagina Lhian semakin terasa licin dan longgar. Sebelum mencapai puncaknya, Pak Heru mencabut penisnya dari vagina Lhian dan memaksa Lhian untuk membuka mulutnya lebar-lebar untuk menampung spermanya. Setelah itu, Pak Heru memaksa Lhian untuk berkumur dengan spermanya dan kemudian menelannya. Semua orang disitu tertawa senang melihat itu, sementara Lhian menahan jijik dan rasa malu yang luar biasa karena diperlakukan dengan hina seperti itu. Kini wajah Lhian terlihat mBLenger oleh sperma milik Pak Heru.
Semua posisi yang mungkin dibayangkan dalam hubungan seks sudah dipraktekkan oleh para Guru Lhian terhadap tubuh Lhian. Kali ini Lhian tidak kuat lagi menahan orgasmenya yang ke 20, dan dia mengalami orgasme hebat, namun tidak sehebat yang pertama. Cairan Vaginanya sudah mulai habis. Rongga vaginanya mulai mengering, karena cairan vaginanya sudah hampir habis dkeluarkan. Lhian merasakan sakit luar biasa pada rongga vaginanya. Ditambah penis para gurunya yang tak henti-hentinya menyodok dan menggesek rongga vaginanya yang kering, sehingga membuat rongga vaginanya lecet dan sobek. Hanya darah dari luka di rongga vaginanya lah yang membasahi daging kemaluannya dan burung yang tengah bersarang didalamnya.
Setelah delapan gurunya selesai memperkosa dirinya untuk kesekian kalinya, Lhian akhirnya pingsan karena kecapaian dan karena kesakitan yang menyerang seluruh tubuhnya terutama di vagina, anus dan juga kedua buah payudaranya. Lhian telah diperkosa secara habis-habisan selama empat jam lebih oleh gurunya sendiri. Dan semua kejadian itu direkam oleh Pak Bambang.
lebih-lebih ketika posisi kedua tangan Lhian yang terikat digantung keatas. Pak Andi menjilati dan menciumi ketik Lhian.
“Mmuuahh, ketek lo montok banget sih, rasanya asin tapi gurih dan baunya haruumm”
Liur Pak Andi membasahi ketiak Lhian. Lhian kembali disetubuhi dari 2 arah tentu saja lubang anus dan vaginanya. Lhian kini hanya bisa menggigit bibir sambil kakinya menendang-nendang ke segala arah, sambil sesekali seperti orang mengejan.
“Ouughh, arrkhh, ouhh, udah paa..ak perih, sakiitt, ouughh, aa, akh”
Lhian terus berontak seperti orang kesetanan. Karena dubur Lhian mulai mengering, Pak Andi kembali membasahi dubur Lhian dan batang penisnya sendiri dengan minyak goreng agar licin. Pak Andi menyodomi Lhian untuk ke 4 kalinya. Dilanjutkan dengan Pak Joko lagi, yang senang sekali main sodomi. Apalagi dapat pantat semontok pantat Lhian, ia semakin bernafsu menghancurkan anus Lhian (Anal Destruction).
Kemudian mereka kembali menelentangkan Lhian di lantai, lalu mereka maju semua mencari bagian-bagian tubuh Lhian yang bisa di gunakan untuk memuaskan penis mereka. Pak Joko memasukkan penisnya ke dalam mulut Lhian, dan memaksa mengulumnya. Pak Bambang menyarangkan Penisnya ke dalam memek Lhian yang berdarah-darah. Pak Andi melesakkan penisnya yang super besar dan panjang itu ke dalam lobang pantat Lhian yang sudah hancur. Pak Gatot menjepitkan penisnya di antara belahan payudara Lhian, kemudian menggosok-gosoknya sambil memelintir dan menarik puting susu Lhian yang coklat mungil dan membengkak. Pak Dono menaruh penisnya di tengah-tengah ketiak kanan Lhian yang gemuk putih dengan beberapa helai rambutnya, lalu menjepitnya dan memaju mundurkan penisnya di dalam jepitan ketiak Lhian. Sedangkan Pak Budi melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Pak Dono dengan Menjepitkan penisnya ke ketiak Lhian yang sebelah kiri. Sedangkan Pak Heru Meraih tangan kanan Lhian, kemudian memaksa tangannya mencengkram penisnya lalu membantu tangan Lhian untuk mengocoknya. Yang terakhir yaitu Pak Dion, melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Pak Heru dengan tangan Kiri Lhian.
Akhirnya Lhian yang sudah tidak kuatpun pingsan, dengan Vagina dan anusnya yang dalam keadaan rusak parah, dan terus mengeluarkan darah, sisa sperma, dan sisa cairan vagina dan duburnya. Kedua payudaranya bengkak memerah dan lecet-lecet, puting susunya yang coklat mungil sobek. Darah dan sperma berceceran dimana-mana. Sudah puas para guru tersebut, mereka membersihkan diri lalu meninggalkan tubuh Lhian yang bugil dan berlepotan darah dan sperma dalam keadaan pingsan.
******
Setelah para guru Lhian pergi, muncullah beberapa siswa pria di sekolah Lhian yang diam-diam mengikuti gurunya. Ketika menemui tubuh Lhian yang pingsan dalam keadaan telanjang bulat. Mereka mulai memperkosa tubuh Lhian yang masih tidak sadar. Satu diantara mereka menelepon teman-temannya di sekolah. Sekitar 20 menit kemudian datanglah sekitar 40 siswa laki-laki di sekolah Lhian. Lalu mereka mulai menikmati tubuh Lhian secara bergantian ataupun bersama-sama. Ketika sadar, Lhian hanya bisa teriak dan memohon, ia tidak punya cukup tenaga untuk melawan. Ia hanya bisa menyaksikan dirinya diperkosa oleh teman-temannya sendiri. Teman-temannya yang sudah lama bermimpi bisa menyetubuhi Lhian, akhirnya tercapai juga.
Setelah puas semua, mereka meninggalkan tubuh Lhian yang pingsan lagi untuk kesekian kalinya itu. Liang vaginanya sudah menganga sangat lebar, merah membengkak, dan sudah tidak berbentuk lagi. Dengan darah segar yang terus mengalir dari lobang vaginanya. Lobang duburnya pun sudah sangat lebar dengan keadaan rusak parah dengan bentuk berantakan, dengan darah, sperma dan cairan kekuningan yang keluar terus menerus dari liang duburnya. Dan dari sela-sela bibirnya mengalir sperma dan air liur dari dalam mulutnya. Wajahnya tetap cantik dengan masih mengenakan kacamata selama ia diperkosa. Tetapi menampakkan penderitaan yang begitu berat.
Karena merasa kasihan, beberapa temannya mengantarkan Lhian ke kostnya. Lhian selalu merasakan perih dan rasa sakit yang teramat sangat ketika ia harus buang air kecil. Karena liang pengeluaran air seninya masih bengkak dan agak tertutup lipatan daging mulut vaginanya yang sobek. Dan juga ketika buang air besar, karena lobang duburnya membuka sangat lebar dan belum mau menutup kembali. Jadi setiap saat, anusnya mengeluarkan kotorannya tanpa Lhian sadari.
******
Setelah peristiwa tersebut, Lhian terus mengunci diri dalam kamar dan diam membisu ketika ditanyai oleh teman ataupun keluarganya. Beberapa hari kemudian Lhian pulang ke asalnya, dan tinggal dengan ortunya. Lhian mengalami shock berat, dan tidak bisa melanjutkan sekolahnya. Sementara para guru yang memperkosa Lhian, bebas beraktivitas karena Lhian tidak berani memberi kesaksian. Lhian terperangkap dalam trauma perkosaan itu untuk selama hidupnya. Sedangkan para guru yang memperkosanya masih sibuk mencari mangsa siswinya yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar